Selasa 02 Nov 2021 14:46 WIB

Momen Watershed yang Belum Bertuah untuk Iblis Merah

Pergantian pelatih demi pergantian pelatih belum membuat MU stabil.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
 Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer, kiri, menyapa pemain Manchester United Raphael Varane setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di Stadion Tottenham Hotspur di London, Ahad (31/10).
Foto: AP Photo/Frank Augstein
Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer, kiri, menyapa pemain Manchester United Raphael Varane setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di Stadion Tottenham Hotspur di London, Ahad (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Kamus Oxford mendefinisikan momen Watershed sebagai peristiwa atau periode waktu yang menandai perubahan penting. Namun, tafsiran itu belum juga memberikan tuah Manchester United (MU).

Iblis Merah gagal memanfaatkan momen-momen langka dan berharga dalam satu dekade terakhir, yang telah menyebabkan penurunan bertahap klub dalam hal trofi yang dimenangkan sejak Sir Alex Ferguson pensiun.

Proses panjang MU menemukan suksesor Alex Ferguson dimulai dari penujukkan David Moyes dan Louis van Gaal. Tetapi, keduanya gagal di tengah jalan.

Pada 2016, MU membuat gebrakan dengan mendaratkan juru taktik Portugal, Jose Mourinho. Meski berhasil mengikat titel Piala Eropa, Mou tak bisa membawa Setan Merah bersaing di papan atas Liga Primer Inggris.

Kemudian tampuk kekuasaan MU beralih ke Ole Gunnar Solskjaer, yang menggantikan Mourinho. Sementara rival sekota, Manchester Ciry masih bertahan dengan Josep Guardiola, pelatih yang didatangkan dari Bayern Muenchen.

Berbeda dengan MU, City dibuat terbang bersama Guardiola. Ia secara konsisten sukses menghadirkan trofi ke Etihad Stadium.

Kini kedua tim akan bertarung pada lanjutan Liga Primer Inggris akhir pekan nanti. Situasi Solskjaer diklaim berada di ujung tanduk meski sebelumnya berhasil membawa MU menang 3-0 atas Tottenham Hotspur.

Dikutip Manchester Evening News, Selasa (2/11) Ini adalah pekan terpenting dalam karier manajerial Solskjaer dan ada kemungkinan nyata bahwa dia bisa meninggalkan Manchester United apabila kembali menelan kekalahan.

Jika Solskjaer benar-benar meninggalkan MU, itu akan menjadi momen penting dalam sejarah modern klub dan sangat penting bagi mereka yang berkuasa di Old Trafford untuk mendapatkan penunjukan manajerial berikutnya dengan benar.

MU jelas perlu belajar dari kegagalan mereka mendapatkan tanda tangan Guardiola lima tahun lalu. Tetapi pelatih mana di dunia sepak bola yang merupakan kandidat ideal dengan kredensial kelas dunia. Lanskap manajerial saat ini sulit untuk bermanuver dan Antonio Conte yang terbuka untuk pekerjaan MU, tampaknya akan mengambil posisi Spurs yang kosong ditinggal Nuno Espirito Santo.

MU membutuhkan ahli taktik elit untuk membawa mereka ke langkah berikutnya yang sulit dipahami dan tampaknya orang yang tepat adalah Luis Enrique, entrenador asal Spanyol.

Ketika Enrique mengundurkan diri dari pekerjaannya di Barcelona, ​​​​di mana ia memenangkan dua gelar La Liga, tiga trofi Copa del Rey dan satu Liga Champions selama tiga tahun tinggal, Guardiola memanggilnya pelatih 'sempurna' dan mengungkapkan kesedihannya atas kepergiannya.

Kekaguman Guardiola untuk Enrique didokumentasikan dengan baik dan itu tidak salah tempat. Enrique kembali ke manajemen pada 2018 bersama Spanyol dan dia memiliki yang terbaik dari negara dalam masa transisi, menampilkan kecerdasan taktis yang hebat di Kejuaraan Eropa dan seterusnya.

Ada perasaan yang tumbuh di Etihad bahwa Enrique mungkin menjadi kandidat 'sempurna' untuk melanjutkan warisan Guardiola, namun, United harus menunjukkan beberapa inisiatif untuk menggagalkannya – dan mencari pemain berusia 51 tahun itu sendiri, untuk menggantikan Solskjaer.

Mantan bek tengah sekaligus kapten Manchester United, Rio Ferdinand, mengakui, United memang tengah terpuruk dan harus bisa segera kembali menemukan konsistensi permainan dan raihan hasil. 

Kendati begitu, Ferdinand menilai, memecat Solskjaer pada awal musim ini bakal menjadi kesalahan yang cukup fatal. ''Ini bukan saatnya untuk panik. Ini bukan saatnya untuk meminta Ole hengkang.”.

“United masih belum tertinggal terlalu jauh dari pemuncak klasemen sementara Liga Primer Inggris. Mereka masih memiliki kesempatan untuk kembali bersaing dalam perebutan gelar juara Liga Primer Inggris,'' tutur Ferdinand.

Tidak hanya itu, Ferdinand juga menyebut, dari segi barisan pemain, United memiliki modal lebih cukup untuk bisa bangkit dan terus berada di jalur kemenangan. 

''Skuad United sudah cukup dalam dan baik. Namun, mereka memang harus segera bisa bangkit dan menemukan konsistensi performa untuk bisa tetap bersaing dalam perebutan gelar juara,'' ujar Ferdinand.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement