REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) akan membahas rencana Piala Dunia dua tahunan yang kontroversial pada pertemuan puncak global virtual dengan 211 anggota federasi pada Senin (20/12). Presiden Gianni Infantino berharap untuk menggunakan pertemuan itu untuk menggalang dukungan untuk sebuah proyek yang telah mendapat perlawanan keras, terutama dari UEFA dan CONMEBOL yang percaya itu akan mendevaluasi pesta sepak bola sejagat tersebut.
Sebagai bagian dari proses konsultasi baru-baru ini, 166 anggota FIFA memilih mendukung studi kelayakan proposal yang juga akan melihat jumlah jendela pertandingan internasional setiap tahun dipotong dari lima menjadi dua, hanya pada Maret dan Oktober.
Infantino, mantan sekretaris jenderal UEFA, telah mencari cara untuk meningkatkan pendapatan FIFA yang menghasilkan lebih banyak uang secara signifikan pada tahun-tahun digelarnya Piala Dunia. FIFA menghasilkan 4,6 miliar dolar AS (Rp 66, 18 triliun) selama Piala Dunia 2018 di Rusia sebelum turun menjadi 766 juta dolar AS (Rp 11 triliun) pada tahun berikutnya.
Mantan manajer Arsenal Arsene Wenger, sekarang kepala pengembangan global FIFA, percaya proposal itu akan berarti lebih sedikit perjalanan bagi para pemain dan permainan yang lebih bermakna, tetapi yang terpenting bukan peningkatan jumlah pertandingan.
Pemain saat ini dibebaskan selama 50 hari setiap tahun untuk internasional, menghabiskan 80 persen waktu mereka dengan klub mereka dan 20 persen dengan tim nasional mereka. FIFA mengklaim rasio ini akan tetap sama.
Wenger mengatakan dia mengerti mengapa beberapa orang khawatir tentang proposalnya untuk mengadakan Piala Dunia setiap dua tahun, tetapi menegaskan itu adalah demi kepentingan terbaik sepak bola.
FIFA juga menerbitkan hasil survei terhadap lebih dari 30.000 orang pekan lalu yang mengklaim 63,7 persen ingin melihat lebih sering Piala Dunia, sementara 52,4 persen juga menyukai versi dua tahunan Piala Dunia Wanita.
FIFA juga mempertimbangkan untuk membenahi Piala Dunia Antarklub dan menyelenggarakan turnamen jenis Liga Bangsa-Bangsa global untuk negara-negara yang gagal lolos ke Piala Dunia.
Namun, UEFA sedang dalam pembicaraan untuk membentuk Liga Bangsa-Bangsa baru mulai tahun 2024 dan seterusnya yang akan mencakup 10 tim nasional dari Amerika Selatan, sesuatu yang menurut FIFA sebagai perkembangan yang sangat tidak diinginkan.
Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat hubungan mereka, UEFA telah mengumumkan pemenang Euro 2020 Italia akan melawan juara bertahan Copa America Argentina untuk memperebutkan mahkota juara antarbenua tahun depan.