REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Liga Indonesia 2014 boleh disebut sebagai masa emas bagi pesepak bola asal Afrika. Saat itu hampir 40 pemain asal Afrika bermain dalam liga profesional yang masih bernama Indonesia Super League (ISL) itu.
Namun delapan tahun kemudian, mengutip laman Liga 1 Indonesia, hanya empat pemain Afrika yang bermain dalam liga utama di Tanah Air untuk musim 2021/2022. Keempatnya adalah Jean Marie Privat Befolo Mbarga dari Kamerun untuk Bali United, Ezechiel N'Douassel dari Chad bersama Bhayangkara FC, Makan Konate dari Mali yang membela Persija Jakarta, dan bek Alie Sesay dari Sierra Leone yang memperkuat Persebaya Surabaya.
Banyak faktor yang membuat Indonesia tak lagi menjadi magnet untuk pemain Afrika, tapi umumnya terjadi karena minat klub-klub Indonesia kepada pemain asal Benua Hitam memang tak lagi setinggi delapan tahun silam. Faktornya bisa karena selera pelatih, sampai masalah administrasi seperti urusan visa yang acap mendorong klub-klub Indonesia menjadi semakin meminati pemain asal Brasil atau Eropa dan Asia. Beberapa di antaranya bahkan merekrut pemain dari negara yang tidak memiliki kultur atau liga sepak bola yang kuat.
Memang menjadi hak prerogatif klub-klub Indonesia dalam memilih pemain mana pun, terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan dan kemampuan klub. Namun kualitas liga yang di antaranya dihadirkan dari kompetisi antarpemain lokal dan asing yang baik, tetap nomor satu.
Kualitas liga tak saja mencerminkan kemajuan sepak bola nasional, tapi juga sering berdampak langsung kepada kiprah tim nasional dalam ajang-ajang internasional. Thailand, Korea Selatan dan Jepang adalah di antara contoh negara yang menikmati insentif besar dari kualitas liga dalam membantu performa bagus dalam tingkat regional dan internasional.
Memang tidak wajib menciptakan kualitas itu dengan cara mendatangkan pemain asing dari kawasan tertentu, katakanlah Afrika, tetapi patut menjadi pertimbangan Benua Hitam ini memang sudah menjadi salah satu gudang bakat sepak bola yang dilihat dunia.
Sengit
Klub-klub di berbagai liga Eropa yang selama ini menjadi kutub sepak bola profesional global pun menggandrungi mereka. Sebagian dari bintang-bintang klub Eropa asal Afrika tengah bertempur dalam Piala Afrika 2021 di Kamerun sejak 9 Januari sampai 6 Februari 2022. Turnamen bernama resmi Africa Cup of Nations (AFCON) ini sudah memasuki hari ketiga.
Memang belum terlalu seru karena mungkin baru pertandingan pertama fase grup. Namun pertandingan demi pertandingan berikutnya kemungkinan besar bakal semakin sengit karena pasti tak ada tim yang mau terjegal di awal.
Pemain-pemainnya pun semakin terpicu untuk tampil secemerlang mungkin, tidak saja karena demi gengsi dan kehormatan negara, tapi juga demi reputasi kebintangan mereka yang mereka dapatkan dari liga-liga Eropa dan bagian lain termasuk liga-liga Timur Tengah.
Afrika sendiri sudah lama menjadi sumber talenta hebat sepak bola yang bahkan di antaranya menghasilkan legenda-legenda berkat mencapai puncak penampilan bersama klub-klub Eropa.
Pada masa lalu, mereka menghasilkan para legenda seperti kiper Zimbabwer Bruce Grobbelaar yang membela Liverpool era 1990-an, Didier Drogba dari Pantai Gading yang mengantarkan Chelsea tiga kali juara Liga Inggris dan sekali juara Liga Champions Eropa, George Weah, Abedi Pele, dan lainnya. Kini daftar pemain hebat dari Afrika itu makin panjang setelah masuk pula Mohamed Salah, Sadio Mane, Riyad Mahrez, Kalidou Koulibaly, Achraf Hakimi, Edmond Tapsoba, Victor Osimhen, Nicolas Pepe, Abdou Diallo, Karl Toko Ekambi, Naby Keita, dan seterusnya.
Pemain-pemain itu kini tengah unjuk kemampuan guna mengukuhkan pencapaian besar mereka dalam klub liga-liga terkenal Eropa, sampai Piala Afrika 2021 selesai awal Februari nanti.
Menurut lembaga konsultansi KPMG, saat ini ada 500-an pesepak bola asal Afrika yang masuk skuad inti sejumlah klub di 11 liga besar Eropa. Memang tak semua diimpor langsung dari Afrika karena beberapa di antaranya lahir dan besar di Eropa, tapi itu sama sekali tak memupus fakta bahwa Afrika adalah gudang pesepak bola berbakat yang patut dilirik siapa saja, termasuk mungkin Indonesia.
Uniknya, sebagian besar mereka berasal dari bagian barat Afrika. Buktinya, sebanyak 15 dari 24 tim yang bertanding dalam Piala Afrika 2021 kebanyakan berada di bagian barat Afrika. Mereka, yakni Mali, Burkina Faso, Pantai Gading, Senegal, Ghana, Gambia, Guinea, Sierra Leone, Guinea-Bissau, Mauritania, Cape Verde, Nigeria, Kamerun, Guinea Ekuatorial, dan Gabon, walaupun Kamerun masuk zona Afrika tengah dalam kualifikasi.