Rashford butuh kepastian dan bimbingan. Dia ternyata jadi orang terakhir yang melakukan wawancara terjadwal, karena dia berlatih lebih lama, memperbaiki permainannya atau melakukan latihan menendang ke gawang. Striker tersebut bergaul dengan baik dengan mantan manajer Ole Gunnar Solskjaer. Tapi pelatih asal Norwegia itu cenderung tidak banyak melatih. Sehingga Rashford tidak pernah belajar mengasah naluri predatornya dari Solskjaer.
Rashford dikabarkan pernah mengeluh, merasa penampilanya datar karena diminta untuk bermain dalam banyak peran berbeda. Namun ia diminta untuk berhenti mengeluh. Pemain berusia 24 tahun itu merasa Ralf Rangnick, yang menggantikan Solskjaer, bisa membantunya bangkit. Rashford yakin posisi paling efektif baginya adalah di kiri. Namun ia terjebak dalam pencarian United. Pertama di bawah Solskjaer dan sekarang Rangnick.
Saat fit, Paul Pogba cenderung menempati sisi kiri. Musim lalu, Rashford digunakan sebagai penyerang tengah atau sayap kanan. Namun kedatangan Cristiano Ronaldo membuatnya kembali jadi kelinci percobaan. Taktik Rangnick berubah. Melalui sebuah perubahan itu, Rashford terus berusaha mengejar ketertinggalan. Rashford mencetak tiga gol dalam tujuh pertandingan pertamanya musim ini.
Namun Rangnick melakukan perubahan sistem ke 4-2-2-2. Meskipun saat melawan Villa ia menggunakan formasi 4-2-3-1 ala Solskjaer. Formasi itu bikin Rashford kembali ke peran favoritnya di sisi kiri. Hanya, penampilan Rashford tak sesuai harapan. Namun, mengingat ini adalah posisi berbeda kelima yang dimainkan Rashford dalam empat sistem berbeda musim ini, mungkin dia harus dimaafkan.
Masalah lainnya adalah ketidakpastian masa depan. Kontraknya hanya tinggal 18 bulan lagi, dan sampai saat ini belum ada komitmen untuk memperpanjangnya. Rashford ingin bertahan dengan klub yang dibelanya sejak kecil. Tapi dengan performanya saat ini, ada keraguan dari United untuk mempertahankannya lebih lama atau apakah melepasnya di bursa transfer.