REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Frederikus Bata
Nama Sadio Mane dan Mohamed Salah tak tergantikan di lini serang Liverpool. Dalam beberapa tahun terakhir, keduanya menjadi tulang punggung klub kota pelabuhan itu.
Mane telah mengoleksi 107 gol selama membela the Reds. Salah sudah mengoyak jala lawan dalam 148 kesempatan saat bermarkas di Stadion Anfield. Mereka ditemani Roberto Firmino.
Ini musim ketujuh Firmino berkostum Merseyside Merah. Selama periode tersebut, ia mencetak 94 gol. Cukup subur untuk seseorang yang aslinya bukan penyerang tengah.
Firmino, Mane, dan Salah, dijuluki trio Firmansah. Kolaborasi mereka telah menghasilkan berbagai gelar untuk rival sekota Everton itu. Luar biasa.
Terlepas dari konsistensi ketiganya, kali ini muncul sosok baru yang patut diperhitungkan. Dia adalah Diogo Jota. Sebetulnya Jota sudah berkostum Liverpool sejak September 2020.
Jadi ini musim keduanya bermarkas di Anfield. Nama Jota mungkin belum sementereng trio Firmansah. Tapi kualitasnya tak kalah ciamik.
Ia bahkan memiliki sedikit kelebihan dari tiga nama tersebut. Pria Portugal ini mampu diturunkan di berbagai posisi di lini depan. Ia piawai bergerak dari kiri, kanan, dan sebagai penyerang tengah.
Bandingkan dengan Mane yang lebih sering bermain sebagai striker sayap kiri, Salah di Kanan, dan Firmino di tengah. Cenderung statis. Jota lebih dinamis.
Sepanjang musim ini bergulir, ia lebih banyak menggantikan peran Firmino. Ia mencetak 10 gol saat bermain di posisi nomor sembilan. Tapi ketika ditempatkan di area winger kiri, eks Wolverhampton Wanderers ini tetap tampil impresif.
Terbukti saat Liverpool bertemu Arsenal pada leg kedua semifinal Piala Liga, Jota mengisi pos Sadio Mane. Timnya unggul 2-0 atas tuan rumah the Gunners di Stadion Emirates, London, Jumat (21/1) dini hari WIB. Semua gol the Reds dicetak oleh Jota.
"Dia sangat penting bagi kami. Perpaduan keterampilannya sangat menarik. Dia dalam kondisi baik dan semoga terus berlanjut," kata pelatih Merseyside Merah, Juergen Klopp, dikutip dari laman resmi klubnya.
Perpaduan keterampilan seperti apa yang dimaksudkan Klopp pada seorang Jota? Menurut sang arsitek, sosok yang pernah berkostum FC Porto tak hanya piawai dalam urusan teknis tapi juga mentalitas. Seperti sudah disinggung sebelumnya, pesepakbola 25 tahun itu menguasai berbagai peran.
Bahkan bukan hanya bergerak di lini serang yang menjadi keahlian Jota. Klopp menilai anak asuhnya itu juga piawai ketika diminta membantu pertahanan. Kekuatan seperti itu, diperoleh sang pemain selama bermarkas di Wolves.
"Jarak yang ia tempuh di sana, seberapa jauh dia berlari, bagaimana ia juga harus bertahan, tetapi dia masih mampu menghasilkan beberapa hal hebat. Itulah alasan kami mengontraknya," ujar Klopp menambahkan.
Kini bersama Liverpool, Jota lebih fokus beroperasi di depan. Biasanya, kesempatan seperti ini, membuat seorang pesepakbola bernaluri menyerang, semakin menjadi-jadi. Ia berada di tim dengan sistem berbeda dengan klubnya terdahulu.
Terbukti, meski sempat terganggung masalah cedera, Jota tetap produktif. Ia sudah mencetak 14 gol dari 27 pertandingan, sejauh musim ini berjalan. Ia hanya berada di belakang Mohamed Salah.
Saat ini the Reds sedang ditinggal Salah dan Mane. Dua winger kelas wahid itu membela negara masing-masing di Piala Afrika. Tanpa mereka seperti tak terasa.
Dalam empat pertandingan terakhir, Liverpool belum tersentuh kekalahan. Sebanyak tiga pertandingan berhasil mereka menangkan, dan sekali imbang. Ada banyak alasan yang membuat anak asuh Juergen Klopp tetap trengginas.
Salah satunya karena kehadiran Jota di sana. Ia bisa mengisi pos peninggalan Salah, Mane, dan Firmino sekaligus. Usianya lebih muda dari trio Firmansah itu.
Masih panjang perjalanannya bersama the Reds. Ia berkesempatan untuk terus mengukir cerita manis di Liverpool. "Dia pemain kelas dunia yang mungkin sedang berada dalam bentuk terbaiknya di klub ini," ujar bek kanan the Reds, Trent Alexander-Arnold memuji kiprah seorang Jota.