REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Mantan pelatih AS Roma Paulo Fonseca bercerita tentang situasinya ketika ikut terjebak oleh invasi Rusia ke Ukraina. Fonseca tinggal Kyiv setelah pekerjaannya dengan AS Roma selesai.
Ia mengungkapkan satu pekan sebelum serangan Rusia posisinya sedang berlibur di Maladewa. Fonseca kemudian kembali empat hari lebih cepat agar bisa mengeluarkan keluarganya dari Kyiv.
"Masalahnya adalah saya harus terbang di pagi hari saat perang dimulai. Hal pertama yang diserang Rusia adalah bandara, yang membuatnya mustahil," kenang Fonseca dalam sebuah wawancara di rumahnya di Portugal, dilansir dari Inews, Kamis (26/5/2022).
Ia mencoba mengeluarkan mereka menggunakan minibus dari Kyiv, tapi jalanannya tidak memungkinkan akibat lalu lintas ditutup dampak dari banyaknya warga yang mencoba keluar. Ketika itu, direktur olahraga Shakhtar Donetsk Darijo Srna menelepon untuk menyarankan agar tak pergi hari itu. Dia meminta Fonseca tinggal di hotel mereka bersama semua pemain.
“Mereka mengundang saya untuk tinggal bersama mereka, kami tidur di bunker pada malam hari di bawah hotel, sampai kami memutuskan untuk pergi dengan bantuan kedutaan Portugis. Kami pergi dengan banyak orang lain dengan minibus sampai kami mencapai perbatasan Rumania," jelasnya.
Fonseca dan keluarganya kini nyaman hidup di Lisbon. Ia siap mencari pekerjaan baru melatih klub yang cocok. Dia menganggur sejak jabatannya di Roma diganti Jose Mourinho pada awal musim.
Setelah hampir menjadi pelatih Tottenham Hotspur, Juni lalu, sebelum mereka memilih Nuno Espirito, ia mengadakan pembicaraan dengan Newcastle United di Arab Saudi. Namun Newcastle akhirnya memilih Eddie Howe.
Ia sepertinya tertarik berkarir di Liga Inggris meski juga terbuka ke Prancis, Italia dan Spanyol. Ia mengaku dekat dengan Tottenham. Fonseca mengeklaim bahka nyaris mencapai kesepakatan.
Ia mengaku senang berbicara dengan manajemen Newcastle. Fonseca menilai Newcastle memiliki visi bagus. Mereka diyakini akan menjadi penantang gelar pada masa depan.
“Saya masih sangat mencintai Italia, tetapi setiap pelatih ingin bekerja di Inggris. Anda memiliki atmosfer terbaik, pelatih terbaik, pemain terbaik. Saya tidak berbeda, saya ingin bekerja di sana suatu hari nanti, dalam suasana seperti ini," katanya.