REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Australia Graham Arnold mengatakan dia hampir berhenti selama jalan berbatu yang dilalui timnya untuk lolos ke Piala Dunia 2022. Namun, ia bertahan karena merasa berkewajiban membayar pengorbanan para pemainnya.
Arnold membawa Australia ke Piala Dunia kelima berturut-turut dengan kemenangan adu penalti atas Peru 5-4 di Doha, Qatar pada Selasa (14/6/2022) dini hari WIB. Ia menyelamatkan pekerjaannya setelah berada di bawah tekanan besar ketika Socceroos kesulitan selama kualifikasi zona Asia.
Arnold diliputi tantangan, dites positif Covid-19 dua kali dalam tiga bulan tahun ini. Ia juga kehilangan layanan sejumlah pemain karena virus corona. Isolasi dari para pemainnya nyaris tak bisa dijalani Arnold.
"Gaya saya adalah manajemen manusia, mendapatkan yang terbaik dari pemain dan melakukan hal-hal secara tatap muka," katanya kepada wartawan.
“Mencoba melakukan rapat dan berbicara dengan para pemain di rapat Zoom, itu bukan gaya saya, saya tidak menyukainya sama sekali. Saya akan jujur, ada saat-saat di mana saya hampir pergi karena itu bukan gaya kepelatihan saya. Satu-satunya alasan saya tidak pergi adalah karena para pemain, pengorbanan yang telah mereka lakukan," ungkapnya.
Dengan perbatasan Australia secara efektif ditutup hingga akhir tahun lalu karena pandemi, Socceroos memainkan bagian terbesar dari kualifikasi mereka di lepas pantai.
Terlepas dari tantangan ini, para pakar, media, dan penggemar tak kenal ampun dan menuntut Arnold dipecat ketika Australia gagal menyegel kualifikasi otomatis. Itu membuat kemenangan 5-4 mereka melalui adu penalti atas Peru, yang disegel dengan penyelamatan kiper pengganti Andrew Redmayne, menjadi lebih manis.
Penjaga gawang pengganti Australia Andrew Redmayne menyelamatkan penalti terakhir untuk memastikan satu tempat putaran final Piala Dunia tahun ini di Qatar. Adu penalti digelar menyusul hasil imbang 0-0 sampai 120 menit laga diputar.
Redmayne menari di sepanjang garis gawang sebelum melayang ke sisi kanan guna menghentikan tendangan Alex Valera, sekaligus membawa Australia menang di Stadion Ahmad bin Ali.
Redmayne dimasukkan tiga menit sebelum pertandingan berakhir untuk meghadapi adu penalti. Ia menjadi pahlawan dadakan dengan laku jenakanya di garis gawang untuk mengalihkan perhatian penendang lawan. Dia menari-nari dengan menggoyangkan pinggul dan merentangkan lengannya dengan jenaka menirukan tingkah mantan kiper Liverpool Bruce Grobbelaar ketika menjuarai Piala Eropa pada 1984.
Tingkahnya itu membuat Luis Advincila melepaskan tembakan yang membentur tiang gawang dan kemudian tendangan Valera diselamatkan saat Australia lolos ke Piala Dunia untuk kelima berturut-turut.
"Saya tidak bisa berkata-kata saat ini karena tidak ada seorang pun di Australia yang memberi kami kesempatan," kata Arnold yang berusia 58 tahun.
"Banyak (pemain) merasa bahwa kami tidak mendapat dukungan di rumah.. Namun mereka tetap percaya dan itu yang paling penting. Saya akan pergi dan menikmati bir bersama mereka malam ini," kata dia.
Mantan pelatih Australia Ange Postecoglou berada di bawah tekanan yang sama dengan Arnold lima tahun lalu ketika Socceroos bekerja keras untuk mencapai Piala Dunia 2018 di Rusia.
Postecoglou berhasil membawa Australia melalui playoff melawan Suriah dan Honduras tetapi berhenti beberapa pekan setelah menyegel kualifikasi ke Rusia, dengan alasan beban pekerjaan sebagai faktor.
Arnold tidak mengikuti jejak Postecoglou hanya lima bulan dari Piala Dunia Qatar, di mana Australia akan berada di Grup D melawan juara bertahan Prancis, Denmark, dan Tunisia.
"Kami akan menjadi kuat untuk Piala Dunia. Kami akan pergi ke Piala Dunia dengan banyak keyakinan," katanya.