REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Muhammad Iqbal Gwijangge menjadi salah satu sorotan ketika timnas Indonesia U-16 berlaga di Piala AFF U-16 2022 yang berakhir Jumat (12/8) lalu. Bukan sekadar pilihan utama di lini belakang, Iqbal juga menyandang ban kapten. Dengan kehadiran Iqbal di pertahanan, timnas U-16 hanya kebobolan dua gol dari lima laga di luar adu penalti, saat tampil sebagai juara Piala AFF U-16. Iqbal kemudian diganjar penghargaan pemain terbaik turnamen.
Dengan perawakan khas anak Papua, membaca nama Iqbal di belakang jersi yang digunakannya jadi terasa unik. Andai marga Gwijangge tidak melekat di nama lengkapnya, mungkin banyak yang bertanya-tanya asal usul siswa kelas 2 SMA Negeri 2 Bandung ini.
Iqbal lahir di Sumedang pada 26 Agustus 2006 dari ibu bernama Besinah Haluk. Besinah PNS di Disbudparpora Sumedang melalui jalur atlet. Dia atlet angkat berat Kabupaten Sumedang yang mewakili Jawa Barat di perlombaan nasional. Besinah kemudian pindah domisili dan kerja ke Kota Bandung mulai 2016.
Besinah sosok orang tua tunggal yang tangguh. Ia membesarkan Iqbal dan mengarahkan potensi anaknya ke arah yang tepat, setidaknya sejauh ini. Belum genap 16 tahun, Iqbal sudah mewujudkan mimpi mengangkat trofi dengan kostum Merah Putih. Tanpa dukungan sang ibunda, mimpi Iqbal tersebut mungkin tidak tercapai secepat itu.
Besinah mengaku melihat potensi yang dimiliki anaknya sejak masih berusia enam tahun. Saat itu juga, Besinah memberikan fasilitas yang diinginkan agar cita-citanya bisa tercapai.
"Awalnya dia suka sepak bola, ikut sekolah sepak bola sejak umur 6 tahun. Dari sana dia terus fokus, latihan dan disiplin hingga sekarang tidak pernah menyerah," kata Besinah saat dihubungi Republika, Ahad (14/8).
Besinah tidak asing dengan olahraga. Pada 1990-an, Besinah jadi andalan Jawa Barat di cabang angkat besi. Ia tak memaksa Iqbal mengikuti jejaknya di angkat besi, tapi mencarikan tempat yang tepat bagi anaknya untuk mengasah kemampuan mengolah si kulit bundar.
Besinah bercerita, satu momen yang mengantarkan Iqbal menjadi pesepak bola muda berbakat terjadi pada 2011 silam. Iqbal meminta ditemani ibunya menonton tim nasional Indonesia U-23 bertanding di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Sejak itu, ia punya mimpi untuk mengenakan seragam serupa.
"Saat itu timnas U-23 main di Si Jalak Harupat, kita sama-sama nonton ke stadion dan dia semakin termotivasi," kata Besinah.
Cita-citanya tembus ke tim nasinonal tercapai meskipun baru di level usia muda. Besinah memastikan anaknya tak cepat puas. Iqbal sudah punya mimpi berikutnya untuk tembus ke timnas senior. Ia bersyukur jalan ke sana mulai terbuka walaupun pasti tak mudah. "Bersyukur saja dengan pencapaian anak saya sekarang dan perjuangannya selama ini," kata Besinah.
Kembali ke masa lalu, Besinah mengatakan perawakan Papua tak pernah menyulitkan Iqbal. Ia selau diterima dengan baik oleh teman-temannya, baik di sekolah maupun saat menimba ilmu sepak bola. Iqbal terakhir tercatat sebagai siswa SSB Bandung Pro United.
"Semuanya pada sayang. Semuanya baik, dari dulu (teman satu tim SSB) masih sering silaturahmi," kata Besinah.
Iqbal lolos ke timnas U-16 berkat permainan apiknya selama membela Bhayangkara FC di Elite Pro Academy 2022 lalu serta performa konsisten selama pemusatan latihan. Besinah memastikan Iqbal akan tetap membela Bhayangkara FC.
Secara tersirat, Besinah mengakui bergabung dengan Bhayangkara FC sejauh ini langkah terbaik. Sebab akan sulit bagi anaknya bersaing jika berusaha merapat ke tim muda Persib. "Persib kan pemainnya banyak sekali, persaingan keras, berat dan ketat. Apalagi Akademi Persib ada dimana-mana jadi persaingan di usia ini pun rata," kata Besinah.
Besinah juga tak menutup kemungkinan andai membela Persipura pada masa depan. Namun, saat ini ia belum memikirkan hal tersebut. Terpenting baginya mendampingi anaknya melalui setiap tahapan karier sebagai pesepak bola dengan baik. Selain memantau langsung, kekuatan doa menurut Besinah jadi yang terpenting untuk memudahkan langkah Iqbal. Ia juga siap andai Iqbal meninggalkannya. Menurut dia, yang terpenting anaknya menimba ilmu sebanyak-banyaknya jika kesempatan untuk itu ada. "Ke mana saja tidak masalah," kata dia menegaskan.