Oleh: Israr Itah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Emosi para pendukung tim-tim mapan Liga Primer Inggris di Indonesia diaduk-aduk saat kompetisi baru melewati pekan keenam. Hasil tak sesuai harapan dan pemecatan pelatih menjadi sorotan di kompetisi sepak bola teratas negeri yang baru saja kehilangan ratunya karena tutup usia.
Pada dua pekan pembuka, dua tim dengan basis suporter terbesar di Indonesia, Manchester United (MU) dan Liverpool dipaksa tiarap. Penyebabnya, hasil di luar perkiraan dari dua tim tersebut. MU dibekap Brighton dan Brentford, sementara Liverpool hanya bisa bermain imbang lawan Fulham dan Crystal Palace.
Fans Arsenal dan Menchester City semringah melihat penampilan kinclong tim idola mereka dengan dua kemenangan. Sementara pendukung Chelsea masih bisa tersenyum dengan hasil sekali menang dan sekali kalah.
Namun setelah itu, MU bangkit memetik empat kemenangan beruntun, salah satunya menghentikan rekor 100 persen Arsenal. Penggemar Setan Merah pun berangsur-angsur keluar dari "goa" setelah sempat jadi bahan perundungan.
Fans Arsenal yang sudah mulai pede, dibuat membumi. Sementara pendukung City yang senang luar biasa dengan ketajaman Erling Haaland langsung paham bahwa striker Norwegia itu tak bisa bekerja sendirian. Butuh seluruh elemen tim yang bekerja dengan maksimal untuk menghadirkan kemenangan. Sebab, the Citizen kemudian dua kali ditahan imbang oleh tim yang masih berjuang di papan bawah, yaitu Newcastle United dan Aston Villa.
Mulai bergulirnya kompetisi Eropa, Liga Champions dan Liga Europa, meneruskan kembali cerita turun naik emosi para pendukung tim-tim di atas. Fans the Citizens yang sempat dibuat tak percaya timnya gagal menang lawan tim papan bawah dibuat tersenyum lega dengan kemenangan Haaland dkk atas Sevilla 4-0. Sementara penggemar Liverpool dibuat terbelalak tak percaya menyaksikan tim kesayangan mereka dipermalukan Napoli 1-4.
Kening pendukung Chelsea juga dibuat berkerut setelah the Blues yang dijagokan menang justru tumbang melawan Dinamo Zagreb. Hal serupa terjadi pada penggemar MU yang kembali tiarap setelah Setan Merah tumbang di Old Trafford oleh wakil Spanyol Real Sociedad. Sementara fans Arsenal semringah karena tim kesayangan mereka langsung bangkit dari kekalahan di kompetisi lokal dari MU dengan menaklukkan FC Zurich dalam laga tandang.
Di atas semua hasil-hasil yang bikin emosi ini, kejutan paling besar datang dari markas Chelsea. Manajemen tim London Barat ini mengumumkan telah berpisah dengan pelatih mereka Thomas Tuchel. Padahal posisi Chelsea di klasemen tak buruk-buruk amat. Thiago Silva dkk berada di posisi enam dengan nilai 10, tertinggal lima angka dari Arsenal di puncak. Chelsea bahkan masih lebih baik dari Liverpool yang satu tingkat di bawahnya.
Penggemar sepak bola, tak cuma pendukung Chelsea, dibuat terheran-heran. Bagaimana mungkin pelatih yang membawa the Blues meraih trofi Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, dan Piala Super Eropa dalam waktu kurang dari dua tahun masa kepemimpinannya dipecat. Padahal timnya tak jelek-jelek amat di liga dan bisa dibilang apes saat terjungkal di partai pembuka Liga Champions. Apalagi tersiar kabar sebelumnya pelatih asal Jerman itu beberapa waktu lalu tengah membicarakan soal kontraknya.
Posisi Tuchel digantikan oleh Graham Potter, sosok yang dianggap berhasil menangani Brighton and Hove Albion dalam beberapa tahun ke belakang. Saat ini, Brighton menempati posisi keempat klasemen sementara. Namun Brighton bukan Chelsea. Tekanan pasti berbeda. Menghadapi ego para pemain bintang pastilah berat, meskipun Potter punya gelar master dari Universitas Leeds untuk studi kepemimpinan dan kecerdasan emosional. Tak sedikit yang menilai manajemen Chelsea berjudi. Saya termasuk di dalamnya.
Fakta-fakta yang sukar dipercaya ini membuat para pendukung tim-tim di atas kini terlihat lebih menahan diri, setidaknya itu yang terjadi di lingkar pertemanan saya. Tak ada troll berlebihan kepada rekan saat tim kesayangan mereka meraih hasil negatif. Sebab dalam sekejap, hal serupa bisa terjadi di tim kesayangan kita.
Fans Chelsea bisa dipastikan untuk sementara tiarap sambil menantikan hasil tim kesayangan mereka di bawah Potter. Sementara pendukung Liverpool sekarang juga berharap-harap cemas. Ada peluang Klopp dipecat jika hasil buruk berlanjut. Padahal pelatih asal Jerman ini yang berjasa membangun dan menjadikan the Reds kembali disegani di Inggris dan Eropa dalam beberapa tahun ke belakang.
Sebagian lain mungkin masih optimistis Klopp bertahan dan mengembalikan kedigdayaan the Kop. Sebab ada alasan yang bisa diterima dari sejumlah hasil buruk Liverpool musim ini, yaitu bertumbangannya pemain kunci di lini tengah karena cedera.
Setelah disela oleh kalender FIFA Match Day selama dua pekan, drama-drama ini bakal kembali berlanjut dalam beberapa pekan ke depan sampai kompetisi berhenti sementara karena Piala Dunia 2022. Yang bisa dipetik dari penggemar klub-klub besar itu di Indonesia, jangan cepat bangga dengan pencapaian tim kesayangan mereka kemudian menertawakan hasil buruk tim-tim pesaing.
Untuk pendukung MU, marilah berdoa agar pelatih Erik ten Hag tak lagi memasang Harry Maguire di lini belakang sejak awal. Ada semacam bad luck, MU selalu kalah saat dia menjadi starter pada awal musim ini. Keputusan mencadangkan Maguire bisa langsing dimulai akhir pekan ini saat Setan Merah menjalani laga tandang yang tricky ke markas Crystal Palace.
“Ten Hag sudah tepat menyuruh Maguire duduk di pinggir lapangan sambil mendoakan MU menang. Sebab doa orang teraniaya mudah dikabulkan,” kata kakak saya merujuk perundungan terhadap Maguire sepanjang musim lalu yang berlanjut hingga sekarang karena permainan buruknya.
Kakak saya hanya bercanda wahai fans MU, jangan diambil hati. Semoga Setan Merah menang terus ya!