Kamis 15 Sep 2022 20:19 WIB

Ade Rai: Bersihkan Doping di Binaraga, Jangan Sekadar Omongan

Ade Rai mendukung kampanye KONI mencetak prestasi global tanpa kasus doping.

Rep: Fitriyanto/ Red: Endro Yuwanto
Tokoh binaragawan Indonesia, Ade Rai.
Foto: Mahmud Muhyidin
Tokoh binaragawan Indonesia, Ade Rai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tokoh binaraga kebanggaan Indonesia, Ade Rai, mengatakan untuk memberantas kasus doping dibutuhkan itikad dan aksi nyata bukan sekadar omongan dan slogan belaka. Ade Rai mendukung kampanye KONI pusat mencetak prestasi global tanpa kasus doping.

Ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (15/9/2022), Ade Rai menyatakan apresiasinya untuk KONI dengan kampanye antidoping. Walau di binaraga sudah sangat banyak atlet yang menggunakan suplemen yang mengandung zat doping, namun kampanye KONI pusat harus didukung untuk memerangi kasus doping di semua cabang olahraga (cabor).

Baca Juga

"Justru sebenarnya kalau bicara doping semua cabor itu sama. Namun bedanya induk organisasi binaraga dahulu PABBSI  tidak melakukan tes setegas cabor lainnya sehingga kasus-kasus doping banyak di binaraga. Pengguna doping bisa dibilang lebih dari 50 persen, terjadi mulai dari kejuaraan daerah, porprov, kejurnas, tak ada tes doping," ujar Ade Rai.

Ade Rai menyarankan PON 2024 harus ada tes doping. "Tetapi yang melakukan harus dari luar organisasi binaraga. Bisa dari KONI pusat atau IADO atau lembaga doping internasional. Karena saya lihat itikad bersihkan binaraga dari doping masih kurang," jelas dia.

Untuk biaya tes doping jika pakai standar internasinal memang cukup mahal, bisa mencapai Rp 10 juta per sampel. Menurut Ade Rai, bisa disiasati dengan menggunakan laboratorium daerah. "Walau tidak standar internasional, namun hasil tes itu bisa mendeteksi siapa atlet yang pakai doping. Jadi kita bisa tahu dan bisa memberikan sanksi."

Untuk sanksi, lanjut Ade Rai, sejauh ini belum maksimal. "Biasanya hanya dua tahun. Jadi atlet itu bisa main di PON berikutnya. Dan atlet itu pun sudah terima bonus dari daerah. Seharusnya dua kali PON larangan bermain. KONI pusat malah akan sanksi seumur hidup, ini untuk efek jera."

Penggunaan doping bagi atlet binaraga itu, menurut Ade Rai, mampu memberikan kecepatan pembentukan otot 4-5 kali lebih cepat. "Ibarat jempol dan kelingking, bagi atlet yang pakai suplemen (doping) dengan yang tidak."

Omongan pemberantasan kasus doping ini, sambung Ade Rai, sudah ada sejak 10 tahun silam. "Jangan sekadar omongan harus ada aksi. Kasihan atlet yang murni dengan kerja keras. Ibarat beladiri tangan kosong, lawannya pakai golok, pedang, bahkan pistol. Sekarang ada itikad baik dari KONI, jangan sekadar omongan atau slogan, harus ada aksi nyata," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement