Jumat 16 Sep 2022 15:17 WIB

Kapal Karam Bernama Juventus

Menarik dinantikan bagaimana sikap para petinggi Bianconeri terkait nasib Allegri.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gilang Akbar Prambadi
 Pemain Juventus Arkadiusz Milik (ketiga kiri) merayakan dengan rekan setimnya setelah mencetak gol pembuka pada pertandingan sepak bola grup H Liga Champions antara Juventus dan Benfica di stadion Allianz, Turin, Italia, pada Rabu, 14 September 2022.
Foto: AP/ Antonio Calani
Pemain Juventus Arkadiusz Milik (ketiga kiri) merayakan dengan rekan setimnya setelah mencetak gol pembuka pada pertandingan sepak bola grup H Liga Champions antara Juventus dan Benfica di stadion Allianz, Turin, Italia, pada Rabu, 14 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, Juventus belum bangun dari tidur panjang. Entah apa yang ada dalam mimpi mereka.

Sungguh memprihatinkan. Klub dengan nama besar seperti Juve, tertatih-tatih. Sejauh musim 2022/23 bergulir, Bianconeri baru merasakan dua kemenangan di berbagai ajang.

Baca Juga

Selebihnya, skuad polesan Massimiliano Allegri bermain imbang di empat laga. Dua partai lainnya berakhir dengan kekalahan. Teranyar, si Nyonya Tua dipermalukan Benfica di markas sendiri.

Juventus takluk 1-2 dari wakil Portugal itu dalam lanjutan babak penyisihan Grup H Liga Champions (UCL) di Stadion Allianz, Turin, Kamis (15/9/2022) dini hari WIB. Bisa ditebak apa yang terjadi setelah pertandingan itu. Tekanan terhadap Allegri meningkat.

Di media sosial, puluhan ribu penggemar Juve meminta manajemen memecatnya. Dari berbagai aspek, tak ada alasan yang membuat Bianconeri mempertahankan pelatih kelahiran Livorno itu. Namun seperti biasa, ia berusaha menunjukkan ketenangan menghadapi kecaman terhadapnya.

"Sekarang kami harus bekerja, mengambil langkah demi langkah. Sepak bola selalu memberi kesempatan untuk bangkit kembali." kata Allegri, dikutip dari laman resmi klubnya.

Nyaris di setiap konferensi pers, sang allenatore membicarakan topik serupa. Tepatnya setelah Bianconeri mendapatkan hasil negatif. Namun yang terjadi di lapangan, si Nyonya Tua belum kemana-mana.

Bak kapal karam, Raksasa Turin menampilkan performa statis. Salah satu penyebabnya karena pendekatan Allegri. Meski tidak pernah dibicarakan secara gamblang, bukan rahasia lagi jika ia lebih fokus menghindari kekalahan daripada mengejar kemenangan.

Itu membuat para penggawa Juventus, layaknya macan ompong yang terlalu sering bermain dengan garis pertahanan rendah. Tak ada kesan sebuah klub elite yang berani mengambil risiko dari permainan Juve. Tak jarang ketika unggul satu gol, Dusan Vlahovic dan rekan-rekan turun ke belakang, dan tidak menampilkan intensitas yang sama seperti di awal pertandingan.

Keadaan ini mudah dibaca tim lawan. Apalagi di level tertinggi seperti UCL. Anehnya, para petinggi seperti menutup telinga dari teriakan penggemar yang terus bermunculan.

Seorang Juventini terang-terangan menyampaikan kegelisahannya saat bertemu Direktur Juve, Maurizip Arrivabene. Ia meminta manajemen segera memecat Allegri. "Kalau begitu, anda membayar siapa yang akan datang selanjutnya," kata Arrivabene, dikutip dari Football Italia.

Dalam sebuah wawancara berikutnya, ia mengklarifikasi pernyataannya. Intinya ia hanya mencoba mengelurkan guyonan. Ini agar sepak bola perlu disikapi dengan lebih santai.

Meski cuma sebatas candaan, pernyataan Arrivabene sesuai dengan situasi yang terjadi. Jika sampai memecat Allegri saat ini, Bianconeri harus mengeluarkan banyak uang. Pertama untuk pesangon juru taktik 55 tahun itu. Berikutnya untuk membyar suksesor yang bersangkutan.

Terlihat Juventus menghadapi situasi dilematis. Keputusan mereka kembali mempekerjakan Allegri mulai dianggap gagal total. Juve bak klub tanpa identitas.

Di era sepak bola modern, semua pendekatan, benang merahnya yakni permainan menyerang dan tekanan tinggi. Juventus tidak fasih dalam hal itu. Jika dibiarkan berlarut-larut sulit membayangkan di mana posisi klub tersebut di masa depan.

Sejatinya Juve pernah berusaha beradaptasi. Mereka mengontrak Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo, semata-mata untuk mengubah budaya gaya pragmatis di klub tersebut. Catenaccio yang pernah identik dengan Bianconeri tak relevan dipakai saat ini.

Sayangnya, para petinggi si Nyonya Tua, tidak menunjukkan kesabaran. Kini semua harus siap menelan pil pahit lantaran memutuskan kembali bekerja dengan Allegri. Hari-hari setelah Juventus bertanding, nyaris selalu muncul kecaman penggemar, baik di stadion, maupun di berbagai belahan dunia lainnya.

"Wajar jika penggemar mencemooh kami. Tidak banyak yang diperdebatkan tentang hal itu," kata kapten Juve, Leonardo Bonucci.

Menarik dinantikan bagaimana sikap para petinggi Bianconeri dalam beberapa hari ke depan. Mampukah Arrivabene dkk memenuhi dahaga Juventini, atau tetap memberi kesempatan kepada Allegri untuk berkreasi di sisa musim ini?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement