REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medio 2018, nama Aries Susanti Rahayu menjadi buah bibir di dunia olahraga Tanah Air. Atlet panjat tebing itu berhasil mengharumkan nama bangsa via torehan medali emas di Kejuaraan Dunia Panjat Tebing di Chongqing, Cina.
Turun di nomor kecepatan (speed) putri, atlet asal Jawa Tengah itu mengalahkan Elena Toimofeeva. Kendati hanya mampu menyabet medali perunggu di Tai'an, Aries kembali mendapatkan emas di Wujian dan Xiamen dalam seri Kejuaraan Dunia Panjat Tebing pada 2018.
Momentum ini berlanjut di Asian Games 2018. Aries menyabet medali emas di nomor speed setelah mengalahkan rekan di Pelatnas Panjat Tebing, Puji Lestari. Pun dengan keberhasilan Aries menyumbang emas di nomor speed relay putri. Aries kembali menjadi sorotan saat memecahkan rekor dunia kecepatan panjat tebing pada 2019.
Aries hanya membutuhkan waktu 6,995 detik untuk menaklukkan dinding setinggi 15 meter di Kejuaraan Dunia Panjat Tebing di Xiamen, Cina. Ia masih menjadi perempuan pertama yang mampu mencatatkan rekor waktu di bawah tujuh detik untuk nomor kecepatan Kejuaraan Dunia Panjat Tebing.
Rentetan prestasi ini seolah kian menegaskan julukan Aries sebagai ''Spiderwoman''. Namanya pun semakin sering disebut-sebut di berita-berita olahraga Tanah Air. Tanpa bermaksud menafikan prestasi-prestasi atlet panjat tebing Indonesia lainnya, seperti Alfian Muhammad Fajri yang mampu menyabet emas di Kejuaraan Dunia, sorotan terhadap Aries bisa dibilang membuka pintu terkait meningkatnya popularitas panjat tebing.
Pecinta olahraga dan otoritas terkait mulai melirik olahraga panjat tebing. Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) RI bahkan telah memasukkan panjat tebing sebagai cabang olahraga unggulan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Cabang olahraga yang baru dipertandingkan di Olimpiade 2020 Tokyo, itu diharapkan bisa menyumbang emas buat kontingen Indonesia di Olimpiade 2024 Paris.
Peluang Indonesia untuk bisa meraih medali emas dari panjat tebing di Olimpiade 2024 pun terbuka lebar, terutama di nomor ini. Dua atlet putra Indonesia, Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin, berada di dua posisi teratas ranking dunia untuk nomor tersebut. Pada sepanjang tahun ini, nomor speed di kategori putra seolah menjadi milik dua atlet ini.
Kiromal bahkan sukses memecahkan rekor baru saat mencatatkan 5.00 detik di seri Kejuaraan Dunia di Chamonix, Prancis. Namun, dengan koleksi poin yang lebih banyak, Veddriq berhak menempati posisi satu dunia dalam ranking Federasi Internasional Panjat Tebing (IFSC).
Sementara di kategori putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rajiah Salsabila menempati urutan ke-13 dan ke-14 dunia secara berurutan. Ini menjadi posisi tertinggi atlet putri usai gagal melaju ke babak final di Kejuaraan Dunia nomor speed dan lead, yang digelar di Jakarta, 24 hingga 26 September 2022.
Namun, di kategori putra, kejayaan Indonesia di nomor speed putra terus berlanjut. Di partai final nomor speed tersebut, Aspar Jaelolo dan Kiromal Katibin sukses menyabet medali emas dan perak. Dengan catatan waktu 5,39 detik, Aspar mampu mengungguli Kiromal.
Dengan hasil ini, nomor speed putra mampu memenuhi target yang dicanangkan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), yang sempat diungkapkan Ketua Umum FPTI, Yenny Wahid. Dengan prestasi di seri kejuaraan dunia kali ini, publik pecinta olahraga Indonesia bisa berharap banyak terhadap nomor speed putra di Olimpiade Paris 2024.
Terlebih, IFSC telah mengungkapkan, nomor speed dan lead akan ikut dipertandingkan di Olimpiade Paris 2024. Tantangan terbesarnya adalah untuk bisa terus berada di posisi teratas demi bisa mengamankan tiket ke Olimpiade 2024.
Begitu pula dengan meningkatkan kemampuan untuk memperbesar peluang bersaing di nomor-nomor lain. Akhirnya, bukan tidak mungkin, sorotan yang tertuju ke Aries pada 2018 silam akan berganti ke Veddriq ataupun Kiromal apabila mampu mempersembahkan emas di ajang multievent paling bergengsi tersebut dan berpotensi mendongkrak kembali popularitas panjat tebing di Tanah Air.