REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Liga Arab mengutuk penyerbuan masjid Al Aqsa yang dilakukan pasukan pendudukan Israel bersama sejumlah pemukim, Senin (26/9). Mereka menyalahkan Pemerintah Israel karena memicu ketegangan dan meningkatkan situasi dengan tindakan eskalasi.
Dalam sebuah pernyataan, Juru bicara Sekjen Liga Arab Duta Besar Jamal Rushdie mengatakan penyerbuan Al Aqsa oleh pasukan pendudukan dan pemukim, diikuti dengan penangkapan sejumlah warga Palestina yang ditempatkan di dalam masjid, bertujuan untuk memaksakan perpecahan di Masjid Al Aqsa. Artinya, Israel dianggap berupaya mengubah status quo sejarah dan hukum yang ada.
Rushdie juga menyampaikan kebijakan pemerintah pendudukan ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional, sekaligus provokasi perasaan orang Palestina dan Muslim pada umumnya.
Juru bicara itu menambahkan, intensifikasi serangan menjelang hari raya Yahudi menyulut suasana dan meningkatkan ketegangan yang sudah ada di wilayah Palestina yang diduduki, terutama di Yerusalem.
Dilansir di Gulf Times, Selasa (27/9), Rushdie menekankan aksi pengepungan terhadap Al Aqsa dan menangkap mereka yang ditempatkan di dalamnya, merupakan kejahatan yang tidak dapat diterima.
Ia lantas meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dan menghadapi eskalasi Israel yang berbahaya.
Serangan dan provokasi ini datang sebagai tanggapan atas seruan oleh Kelompok Gunung Kuil yang diduga menyerbu masjid Al Aqsa, dengan dalih hari libur Yahudi dan di bawah naungan pemerintah pendudukan.
Sebagai reaksi, warga Palestina menyerukan intensifikasi aksi duduk dan mobilisasi permanen di masjid Al Aqsa, untuk melindungi dan mempertahankannya dari serangan pemukim ekstremis.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan tindakan Perdana Menteri Israel Yair Lapid di lapangan bertentangan dengan apa yang dia uraikan dalam pidatonya sebelum Sidang ke-77 Majelis Umum PBB terkait solusi dua negara.
Dalam sebuah pernyataan pers, kementerian menyebut serangan yang dilakukan oleh tentara pendudukan dan organisasi terorisnya terhadap Palestina setiap hari, merupakan contoh nyata bertolak belakang atas setiap pembicaraan Israel tentang perdamaian dan solusi dua negara.
Mereka juga menyanggah kepalsuan dari kampanye misinformasi yang dilakukan oleh pemerintah Israel untuk mengurangi potensi reaksi internasional dan menghentikan eskalasi kriminal atau seruan untuk kebangkitan perdamaian antara pihak Palestina dan Israel.
Pernyataan itu selanjutnya mengatakan kecukupan masyarakat internasional dengan resolusi PBB yang tidak dilaksanakan atau menghentikan beberapa ekspresi dan bentuk kritik yang malu-malu, merupakan kedok bagi pemerintah Israel dan berbagai senjatanya untuk bertahan dalam melaksanakan lebih banyak proyek ekspansionisnya di Palestina.