Rabu 14 Dec 2022 09:08 WIB

Studi: Cabang Olahraga Baru Olimpiade Catat Tingkat Cedera yang Tinggi

Peneliti IOC telah melacak cedera dan penyakit di tiap Olimpiade sejak Olimpiade 2018

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Lambang di Japan Sport Olympic Square dipajang di dinding gedung dekat Stadion Nasional di Tokyo, Jepang, 29 November 2022.
Foto: EEPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Lambang di Japan Sport Olympic Square dipajang di dinding gedung dekat Stadion Nasional di Tokyo, Jepang, 29 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Atlet-atlet yang berkompetisi dalam cabang olahraga baru Olimpiade yakni BMX gaya bebas, karate, dan skateboard, termasuk di antara cabang yang tercatat mengalami tingkat kasus cedera tertinggi di Olimpiade Tokyo. Demikian hasil penelitian yang dipublikasikan Rabu (14/12/2022).

Tiga disiplin cabang olahraga baru tersebut masuk dalam lima besar kasus cedera terbanyak pada Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020 yang digelar pada 2021 akibat pandemi Covid-19 itu. Tinju dan balap sepeda BMX memiliki tingkat tertinggi, dengan 27 persen peserta mengalami cedera, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Baca Juga

Berikutnya adalah BMX gaya bebas yang menyebabkan 22 persen atletnya cedera, diikuti skateboard 21 persen dan karate 19 persen. Demikian kata studi yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine seperti dilansir AFP. Cabang baru lainnya memiliki lebih sedikit cedera, termasuk panjat tebing dengan tingkat 15 persen, selancar dengan 13 persen, dan bola basket 3x3 dengan 11 persen.

Peneliti IOC telah melacak cedera dan penyakit di setiap Olimpiade sejak Olimpiade Beijing 2008. Lebih dari 11.300 atlet dari 206 kontingen dipantau di Tokyo, dengan lebih dari seribu cedera tercatat.

Secara keseluruhan, sembilan persen atlet di Tokyo mengalami cedera, sebanding dengan delapan persen di Olimpiade Rio 2016, 11 persen di Olimpiade London 2012, dan 10 persen di Beijing. Tokyo mencatat tingkat penyakit terendah yang pernah tercatat di Olimpiade itu dilakukan di bawah pembatasan Covid-19 yang ketat, dengan 3,9 penyakit per 100 atlet, dibandingkan dengan 5,4 di Rio dan 7,2 di London.

"Ini sebagian besar mungkin disebabkan oleh tindakan pencegahan ekstensif yang dilakukan untuk mengurangi Covid-19, secara efektif mengurangi penularan Covid-19 dan semua penyakit infeksi pernapasan," kata penulis studi tersebut.

Kurang dari 0,2 persen atlet tertular Covid. Olahraga yang baru diperkenalkan juga termasuk yang paling rawan cedera di Paralimpiade Tokyo, dengan taekwondo dan bulu tangkis di antara empat besar dengan tingkat tertinggi, menurut sebuah studi paralel. Delapan persen atlet Paralimpiade cedera di Tokyo, turun dari 12 persen yang tercatat di Olimpiade Rio dan London. Namun cedera yang diderita lebih parah, demikian temuan para peneliti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement