Sabtu 28 Jan 2023 17:32 WIB

Matias Ibo dan Bamandhita Bagikan Tips Bagi Pelari yang Ikut Tokyo Marathon

Matias Ibo ingatkan perbedaan cuaca antara di Jakarta dan Tokyo

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi menyebut, setidaknya ada 120 atlet dari Indonesia yang bakal ikut serta dalam ajang Tokyo Marathon 2023.
Foto: istimewa/doc humas
Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi menyebut, setidaknya ada 120 atlet dari Indonesia yang bakal ikut serta dalam ajang Tokyo Marathon 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fisioterapis Matias Ibo membagikan tips bagi para pelari yang akan berkompetisi di ajang Tokyo Marathon 2023.

Setidaknya, ada 120 atlet dan pelari  asal Indonesia yang akan berangkat ke negeri sakura untuk mengikuti ajang maraton di Tokyo, pada 5 Maret mendatang. 

Matias mengatakan, salah satu yang paling penting untuk diperhatikan oleh pelari adalah jarak tempuh. 

Jarak yang harus ditempuh para pelari maraton di Tokyo Marathon 2023 mencapai 32 kilometer. 

Oleh karena itu, Matias meminta para pelari yang hendak mengikuti ajang itu untuk memastikan kondisi fisik mereka sanggup untuk menempuh jarak sejauh itu. 

"Tips saya kalau kita belum mencapai target jarak kita 32 km di long run, kita jangan kejar jaraknya dulu. Kita kejar endurance-nya. Bisa enggak berlari 3 jam non stop, dapatnya berapa km," kata Matias dalam workshop Let's Talk About Tokyo Marathon 2023' yang digagas Cerita Lari bersama Pocari Sweat, di Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu (28/1/2023).

"Karena saat kita maraton itu bicara soal endurance. Kita akan berlari berjam-jam tanpa berhenti," sambungnya.

Meski harus terus latihan untuk memastikan kondisi fisik siap di Tokyo Marathon, namun Matias juga mengingatkan para pelari jangan sampai overwork dan berujung cedera. 

Sebab, pemulihannya bisa membutuhkan waktu lama yang berujung pada berkurangnya waktu latihan.

"Oleh karena itu harus ada waktu rest day minimal 24 jam setelah kita latihan. Tunggu sampai kondisi pulih 100 persen, baru latihan lagi," katanya. 

Terakhir, Matias yang juga rutin mengikuti lomba maraton itu juga mengingatkan soal perbedaan cuaca yang harus diantisipasi. Meski ajang Tokyo Marathon 2023 akan digelar pada Maret, namun cuacanya tetap masih terbilang dingin bagi warga Indonesia. 

"Jadi nanti harus dipikirkan betul pakaian yang akan dikenakan untuk berlari. Harus bisa menahan cuaca dingin, tapi tidak menghalangi kita dalam berlari," katanya. 

Dalam acara itu, nutrisionis dari Pocari Sweat, Bamandhita R Setiaji juga hadir sebagai pembicara untuk memberi tips bagi pelari mengenai makanan yang harus dikonsumsi.

Dhita khususnya mengingatkan soal carbo loading atau asupan karbohidrat yang harus dikonsumsi pelari.

"Carbo loading ini sangat penting untuk meningkatkan kadar glikogen dalam otot sebelum melakukan endurance race," kata Dhita.

Dhita menyebut, pelari bisa mengonsumsi karbohidrat dari jenis makanan apapun. 

Namun, jenis makanan yang dikonsumsi itu harus konsisten sampai ajang Tokyo Marathon digelar. 

Selain itu, Dhita juga mengingatkan para pelari untuk terus menjaga hidrasi dengan secara rutin mengonsumsi air putih selama berlari maraton dengan jarak 32 km.

Dukungan kedubes RI

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi turut hadir menyapa para pelari yang mengikuti acara workshop itu.

Heri memastikan, Kedubes RI di Jepang siap menyambut kedatangan mereka. 

Menurut dia, Kedubes RI sudah menyiapkan acara carbo loading di Wisma KBRI. 

Selain itu, pihak KBRI juga menyiapkan tempat latihan bagi para atlet, agar mereka tetap fit sambil menunggu ajang Tokyo Marathon digelar pada 5 Maret.

"Kalau untuk latihan kecil, nanti bisa muterin Istana Kaisar yang jaraknya sekitar 5 kilometer," kata Heri. 

Dengan dukungan itu, Heri berharap keikutsertaan ratusan pelari Indonesia dalam Tokyo Marathon bisa berjalan lancar.

Sebab, ia menilai ajang Tokyo Marathon bukan hanya sekedar olahraga biasa, tapi juga ajang diplomasi antara tuan rumah dan tamunya. 

"Kebetulan juga tahun ini 65 tahun hubungan Indonesia-Jepang. Jadi kami ingin menunjukkan ke masyarakat Jepang kedekatan antara dua negara ini. Bukan hanya dari sisi politik, tapi juga yang terkait olahraga, sosial budaya dan lain-lain," kata Heri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement