REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota dewan FIBA Erick Thohir setuju bahwa ujung tombak pembinaan basket ada di pemerintah daerah. Namun Erick mengungkapkan tiga kelemahan yang saat ini mesti diperbaiki.
Pertama masalah database. Menurutnya database sangat penting untuk dapat memprediksi kualitas pelatih, wasit hingga pemain. Erick mendesak segera memperbaiki database dan jangan sampai didahului oleh cabang olah raga lain.
"Kedua saya berharap pemetaan pembinaan dan klasifikasi yang bapak-bapak mau ciptakan," ujarnya pada Rakernas PERBASI di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Erick ingin basket bicara tentang target masa depan yang lebih jauh dan PON bisa dijadikan awal pembinaan. Ia menegaskan pembinaan berjenjang harus terjadi di basket. Hal ini yang tidak dilihat oleh Erick saat ini.
Erick merasa miris melihat di IBL karena harus menyaksikan pemain yang sudah tua kembali bermain. Itu menandakan pembinaan berkelanjutan tak berjalan dengan baik.
Artinya ada stagnasi dari atlet baru. Ini bahaya. Belum lagi becanda-becanda udah badan kecil susah sekali cari poinguard. Artinya peta biru yang diusulkan memang harus diterapkan di provinsi," katanya.
Ketiga basket Indonesia harus memiliki positioning. Erick ingin basket harus jadi nomor satu di perkotaan. Dengan demikian olah raga ini akan memiliki nilai lebih sehingga bisa menarik sponsor.