Senin 27 Mar 2023 21:53 WIB

Pernah 'Damaikan' Korut-Korsel di Turnamen Voli, Mantan Ketum KONI Optimistis Soal Israel

Menurut dia, semua bisa dibicarakan.

Rep: Fitrianto/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Petugas melakukan perawatan rumput di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Jumat (24/3/2023). Stadion GBLA terus bebenah untuk perhelatan Piala Dunia U-20 Mei 2023 mendatang. Sebelumnya, perbaikan dan renovasi Stadion GBLA sudah mencapai 90 persen. Pemkot Bandung berharap Stadion GBLA lolos dalam standar FIFA dan menjadi salah satu stadion tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas melakukan perawatan rumput di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Jumat (24/3/2023). Stadion GBLA terus bebenah untuk perhelatan Piala Dunia U-20 Mei 2023 mendatang. Sebelumnya, perbaikan dan renovasi Stadion GBLA sudah mencapai 90 persen. Pemkot Bandung berharap Stadion GBLA lolos dalam standar FIFA dan menjadi salah satu stadion tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegaduhan akan batalnya Piala Dunia U20 semakin menjadi-jadi. Ini menyusul ada penolakan Timnas Israel disusul dengan pembatalan drawing group yang rencananya digelar 31 Maret 2023 di Bali. Padahal hingga berita ini ditulis, FIFA belum secara resmi  menyampaikan apa pun secara langsung. 

Berita baiknya FIFA secara resmi malah melanjutkan pemeriksaan ke Stadion-Stadion dengan seluruh fasilitas yang akan digunakan. Artinya segala kemungkinan masih bisa terjadi. Padahal jika mengikuti perkembangan di media, seolah-olah dengan batalnya drawing maka batal juga perhelatan Piala Dunia U-20.

Baca Juga

Mayjen TNI (purn), Tono Suratman, mantan Ketua Umum KONI Pusat 2011-2019, terkait Israel, dalam keterangan tertulis yang diterima republika.co.id malam ini mengatakan, sebaiknya para elite partai, ormas, dan pemerintah serta PSSI bisa duduk bersama. "Cari perbedaan itu gampang, tapi jika cari persamaan, kita butuh memiliki keikhlasan bukan keakuan," kata dia. 

Prinsip dasarnya, masih kata Tono yang kini memimpin SMA Taruna di Magelang, jika kita punya tekad yang sama, akan selalu ada jalan keluar. "Ini kan olahraga bukan politik," sambung mantan atlet nasional dari cabor anggar itu. 

Tono mengisahkan pengalamannya saat menjembatani Korsel dan Korut dalam satu event Sport for Peace turnamen bola voli empat negara di Jakarta 2019. Selain duet Korea, Vietnam dan Indonesia sebagai tuan rumah.

Memang penolakannya tidak sebesar Israel dan evennya juga tidak semarak Piala Dunia U-20, tapi peliknya, kata dia, tetap sama. "Saya dibantu oleh Mr. Bae Eung Sik, dari Korea Selatan. Tugas saya meyakinkan kedua Korea agar mau tampil di even olahraga," tutur Pangdam Kalimantan 2008-2010 di Tanjungpura ini. 

Kita tahu, baik Korsel maupun Korut, sering sama-sama menolak untuk bertemu dalam even olahraga. Selain itu, kita juga tahu, di banyak sektor, kedua negara terus berupaya menjalin hubungan menuju lebih baik. Tapi berulang kali Pemimpin Korut, Kim Jong Un, sering pula mempertontonkan permusuhan. Akibatnya, kita melihat kedua belah pihak sering terlihat saling berhadapan-hadapan.

Sebagai Ketua KONI, Tono Suratman bersama beberapa rekan seperti tertantang untuk bisa menjembatani kedua Korea bertemu dalam satu turnamen. Tidak mudah karena kedua belah pihak pasti punya pandangan yang macam-macam. Namun tekad mempertemukan kedua Korea itu sangat penting untuk memperlihatkan bahwa olahraga dapat mendamaikan perselisihan apa pun.

Hasilnya, sangat luar biasa. Even itu berjalan dengan sangat baik. Hanya saja karena bukan sepakbola, perhatian tidak semarak jika kisah itu terjadi di lapangan bola.

"Artinya, semua pihak punya hati yang sama terkait Israel. Lagi pula, hadirnya Israel di Piala Dunia U-20, pasti tidak akan mengubah prinsip kita terhadap Palestina," kata Tono.

"Betul Israel menginvasi Palestina, tapi di sini kan Israel datang untuk Piala Dunia. Jika sampai gagal, saya tidak tahu pandangan dunia internasional terhadap kita".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement