REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari mengingatkan kepada pihak yang mengambil kebijakan di negeri ini jangan sampai salah mengambil keputusan. Sehingga, Indonesia sebagai negara besar akan dikucilkan dunia internasional gara-gara diskriminasi dalam olahraga.
Pernyataan yang disampaikan Okto sapaan akrab Raja Sapta Oktohari ini ia sampaikan pada di Jakarta, Rabu (29/3/2023), terkait kisruh piala dunia U20 menyusul penolakan tim Israel. Hal ini dikhawatirkan berimbas juga pada cabang olahraga lain yang menjadi tuan rumah kejuaraan internasional.
Ada 67 cabang olahraga yang menjadi anggota NOC Indonesia. Cukup banyak cabor dipercaya menjadi tuan rumah kejuaraan internasional. Karena hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 lalu yang menginginkan cabor menjadi tuan rumah ajang internasional dan juga aktiv menjadi pengurus federasi cabor internasional.
Menjawab prihal kemungkinan Indonesia kena sanksi, atau konsekuensi jika Piala Dunia U20 dibatalkan FIFA. "Sebelum kita masuk ke konsekuensi, semangat olahraga itu sama. jadi semangatnya untuk menang. jadi tidak ada istilahnya kalah sebelum bertanding. ini pertandingan belum selesai. karena tanggung jawab kita terikat dengan semua yang kita lakukan sejauh ini," kata dia.
"Indonesia sudah menandatangani kegiatan dengan banyak pihak, ini yang harus dilihat bahwa kalau sampai salah langkah, jangan sampai pengambil kebijakan salah mengambil keputusan preseden ini akan terjadi bukan hanya ke satu cabor, tapi mendapatkan multiply effect kepada cabor yang lain. Kita Negara besar jangan sampai dikucilkan dunia internasional," kata Okto.
Ia meminta antisipasi harus segera dilakukan. Jangan sampai mendekati tahun politik, olahraga pun ikut diganggu.
"Saya tahu mendekati tahun politik, nuansanya politik ada. Tapi olahraga bukan politik. Olahraga adalah pemersatu bangsa, bukan pemecah belah bangsa ini. Kita bisa lihat bagaimana Pada Asian Games lalu di Cabor Silat mempersatukan Joko Widodo dan Prabowo padahal saat itu sedang bersaing di Pilpres," kata Okto.