Kamis 30 Mar 2023 14:55 WIB

Piala Dunia U-20 Dibatalkan, Aktivis Palestina: FIFA Gunakan Standar Ganda

Indonesia mempertahankan citranya sebagai negara yang tak kehilangan standar moral

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda
FIFA pastikan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20
Foto: EPA/STEFFEN SCHMIDT
FIFA pastikan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Palestina sekaligus dosen University College of Applied Sciences di Gaza, Abeer Barakat menanggapi keputusan FIFA yang telah membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Salah satu alasan FIFA membatalkan Indonesia karena adanya penolakan terhadap Timnas Israel U-20 sebagai salah satu peserta turnamen.

"Menurut pendapat saya, Indonesia mempertahankan citranya sebagai negara bebas yang tidak membungkuk dengan kehilangan standar moral dan etika terhadap supremasi dan campur tangan 'orang kulit putih' dalam sikapnya yang sudah lama diketahui menentang pendudukan Palestina," ujar Abeer saat dihubungi Republika, Kamis (30/3/2023).

Baca Juga

Menurut dia, keputusan tersebut menunjukkan bahwa FIFA menggunakan standar ganda dalam berurusan dengan negara-negara dunia. “FIFA gunakan standar ganda. Saya hanya ingin tahu jika Indonesia menolak menerima Rusia sebagai bentuk kecaman atas perang di Ukraina, FIFA akan senang dan mendorong langkah ini,” ucap perempuan yang tinggal di Central Gaza ini.

“Namun, Israel telah menduduki Palestina selama lebih dari 74 tahun, dan masih melakukan kejahatan keji terhadap warga Palestina, namun FIFA diam tentang hal itu,” lanjutnya.

Abeer menjelaskan, semua orang telah melihat bagaimana FIFA menggunakan otoritasnya untuk menggertak negara-negara dunia dan untuk menegakkan apa yang disebut "Nilai-nilai" yang menegaskan supremasi orang kulit putih dan kolonial, dan mengabaikan atau bahkan menyangkal nilai-nilai negara-negara Muslim yang menjadi tuan rumah piala dunia.

“Kita semua telah melihat bagaimana Qatar menyelenggarakan piala dunia tahun lalu dan menghadapi tekanan luar biasa karena melarang konsumsi bendera pelangi (LGBT) dan minuman keras di taman bermainnya,” kata perempuan berhijab ini.

Meskipun FIFA menyetujui persyaratan Qatar, lanjut dia, namun dapat dilihat bagaimana media-media Barat menyudutkan Qatar. Kendati demikian, Qatar membuktikan bahwa negara-negara Muslim dapat menyelenggarakan acara kelas dunia berkualitas tinggi yang mempertahankan nilai-nilai negara konservatif timur.

“Saya hanya percaya bahwa FIFA ingin mendapatkan kembali citra kontrolnya yang hilang dari Qatar, dan itu dimanipulasi oleh negara-negara pengganggu besar di dunia seperti AS dan ‘Negara pendudukan’ (Israel),” jelas Abeer.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement