Jumat 05 May 2023 20:02 WIB

Spalletti, Mantan Kerdil Italia yang Bikin Anak Selatan Membungkam Para Raksasa dari Utara

Spalletti pernah dikerdilkan Jose Mourinho karena minim prestasi.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pelatih Napoli Luciano Spalletti tersenyum jelang pesta juara timnya di kandang Udinese, Jumat (5/5/2023).
Foto: EPA-EFE/GABRIELE MENIS
Pelatih Napoli Luciano Spalletti tersenyum jelang pesta juara timnya di kandang Udinese, Jumat (5/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NAPLES -- Selama beberapa tahun, Luciano Spalletti salah satu pecundang di sepak bola Italia. Tim yang ia latih lebih banyak mengalami keruntuhan saat mendekati kejayaan.

Banyak penggemar mengingat pernyataan Jose Mourinho dalam konferensi pers, lebih dari satu dekade lalu. Saat itu, Mourinho masih menangani Inter Milan. Intinya ia tidak memperhitungkan sejumlah rival yang koleksi trofi jauh di bawahnya.

Baca Juga

Dua di antaranya yang dimaksud Mou adalah Claudio Ranieri dan Spalletti. Ranieri akhirnya memenangkan gelar Liga Primer Jnggris terunik. Ia membawa Leicester City berjaya di kasta teratas ranah Inggris.

Teranyar, Spalletti mengikutinya. Entrenador kelahiran Certaldo ini mewujudkan impian penduduk kota Naples. Napoli di bawah arahannya akhirnya mendapatkan scudetto pertama dalam 33 tahun terakhir. 

"Itu mungkin membuat saya merasa lebih santai sekarang. Kami bisa memberi mereka kegembiraan," kata sosok yang juga pernah menangani Inter Milan, AS Roma, dan Zenit Saint Petersburg kepada DAZN, dikutip dari Football Italia, Jumat (5/5/2023).

photo
Pesta tifosi Italia - ( EPA-EFE/GABRIELE MENIS)

Spalletti membuat Napoli berpesta lewat permainan berkelas. Ia bukan pelatih yang hanya fokus pada kemenangan. Ia membawa nuansa keindahan sepak bola menyerang dalam timnya.

Rupanya kesuksesan terbaru menambah sederet keberhasilan kecil di masa lalunya. Sebelumnya ia pernah memenangkan dua gelar Liga Rusia bersama Zenit. Kemudian membawa Roma mengoleksi sepasang trofi Coppa Italia serta satu Piala Super Italia.

Ia juga pernah meloloskan Udinese ke play-off Liga Champions. Dua kali ia dinobatkan sebagai pelatih terbaik Serie A. Itu terjadi 2006 dan 2007 silam. Saat itu ia memberi gaya tertentu dalam permainan Roma hingga mempersulit tim Internya Mourinho.

Saat Spalletti menuju Napoli, tak ada yang berharap banyak mereka bakal menyatu. Sang arsitek ditinggal banyak pemain berpengalaman. Sementara I Partenopei sudah mempunyai identitas saat bersama Maurizio Sarri.

Kebijakan manajemen juga kontradiktif dengan harapan akan target besar. Presiden Aurelio de Laurentiis memotong anggaran gaji. Ia membuka pintu keluar bagi sosok seperti Lorenzo Insigne, Kalidou Koulibaly, serta Dries Mertens.

Namun, semuanya berakhir di luar dugaan. Spalletti dengan sederet bintang anyar tak dikenal membuat I Partenopei memutuskan dominasi para raksasa dari utara. Kali ini anak selatan berjaya. Juventus, Inter Milan, serta AC Milan menyaksikan the Little Donkeys melaju mulus.

"Ketika saya mengatakan kami harus menantang Scudetto, orang-orang mengeluh dan merasa saya telah melewati batas. Tapi apa yang saya katakan adalah mengeluarkan kemampuan maksimal dari para pemain ini dan juga membangun mentalitas untuk melanjutkan," ujar Spalletti.

Ia nyaris berlinang air mata di Dacia Arena. Tepatnya setelah timnya memastikan diri merajai Serie A musim ini. Ia mendedikasikan semuanya untuk pemain, penggemar, staf, keluarga, serta para sahabatnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement