Kamis 11 May 2023 13:32 WIB

Keugal-ugalan Tuan Rumah Ala Kamboja Harus Segera Dihentikan, Saatnya SEA Games Dirombak

Tak heran, meski jadi raja di SEA Games, kiprah atlet ASEAN sulit bersaing di Asia.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Para penari tampil dalam upacara pembukaan Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-32 (SEA Games 32) di Stadion Nasional Morodok Techo di Phnom Penh, Kamboja, Jumat (5/5/2023). SEA Games 32 akan berlangsung dari 05 hingga 17 Mei 2023.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Pelaksanaan SEA Games 2023 Kamboja melahirkan sejumlah sorotan terhadap sejumlah aturan, yang menjadi perhatian publik pecinta olahraga Asia Tenggara (ASEAN). Ketentuan pun kaidah yang diterapkan diklaim 'rada aneh'.

Bahkan, banyak orang menilai gelaran SEA Games semakin 'ke sini justru semakin ke sana', mengingat aturan-aturannya diklaim tak memiliki nuansa sportif.

Baca Juga

"Turnamen aneh. Misal, itu Kamboja ingin medali dari badminton, tapi peluang nyaris 'nihil'. Jadi diusulkan satu nomor dengan nilai medali setara," kata Ainur Rohman menjelaskan kepada Republika.co.id kemarin. 

Para atlet muda terbaik Merah Putih saat ini tengah berjuang untuk memperebutkan medali pada ajang SEA Games 2023 Kamboja.

Sayangnya, terdapat beberapa aturan nyeleneh yang memengaruhi prestasi para atlet dari beberapa cabang olahraga (cabor) berbeda. Salah satunya bulu tangkis, balap sepeda, dan pencak silat.

Pada kasus bulu tangkis, wartawan senior Ainur Rohman menjelaskan, kontingen Merah Putih tidak bisa bermain di nomor beregu campuran karena tuan rumah menolak kehadiran negara-negara kuat di cabor tersebut.

photo
Tim beregu campuran Kamboja meraih medali emas cabang bulutangkis di SEA Games 2023. - (Tangkapan layar di Twitter)

"Nomor itu hanya bisa dimainkan tim dari Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, Timor Leste, dan Myanmar. Semua harus setuju karena jika usulan ditolak, badminton terancam dihapus dari SEA Games 2023," kata dia.

Kontroversi SEA Games berlanjut pada cabor Pencak Silat Women's Tandning Class B. Safira Dwi Meilanie menghadapi wakil Vietnam, Nguyen Hoang Hong An di final Pencak Silat Class B.

Ironisnya, pertarungan final antara Safira kontra Nguyen Hoang diliputi kontroversi. Bahkan, membuat atlet kelahiran Kudus 2000 silam meneteskan air mata.

Mampu unggul 18 angka atas Nguyen Hoang Hong An, Safira justru didiskualifikasi oleh wasit asal Malaysia ketika waktu tinggal menyisakan 18 detik. 

Sontak, kejadian itu membuat pelatih Pencak Silat Indonesia, Indro Catur, bereaksi keras dengan mencoba melakukan banding terhadap wasit, yang membuahkan hasil medali emas untuk Safira Dwi. Pun kesalahan wasit diklaim merupakan indikasi adanya human error.

Satu momen olahraga yang tidak pernah terjadi di ajang multievent sebelumnya, yakni kesuksesan atlet putra Kamboja, Non Sromoachkroham, mendapat emas SEA Games karena menang WO atas atlet silat Indonesia, Bayu Lesmana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement