REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Manchester City dan Manchester United (MU) bertemu di Stadion Wembley di London dalam final Piala FA pada Sabtu malam nanti, ada misi berbeda yang diusung kedua tim. City ingin menorehkan sejarah, sebaliknya MU tak ingin sejarah itu tercipta.
City ingin menyamai pencapaian treble pada era Liga Primer yang dibuat MU, kendati mereka baru separuh jalan untuk merengkuh pencapaian itu. MU menjadi satu-satunya klub Inggris yang meraih treble pada era Liga Primer ketika pada 1999 di bawah asuhan Alex Ferguson sukses menjuarai Liga Premier, Liga Champions, dan Piala FA.
Liverpool dua kali mencetak treble. Pada treble kedua mereka melakukannya dalam era Liga Premier, tapi tak dibarengi dengan gelar juara liga. Satunya lagi dibarengi dengan juara liga, tetapi terjadi pada masa ketika liga masih bernama Divisi Pertama.
Bagi City, menjuarai Piala FA akan menaikkan semangatnya dalam menjuarai Liga Champions melawan Internazionale Milan dalam final di Istanbul, Turki, pada 11 Juni.
Untuk itu, mengalahkan United adalah tugas suci sampai-sampai Manajer Manchester City Pep Guardiola mengistirahatkan sejumlah pemain kuncinya dalam laga terakhir Liga Primer musim ini melawan Bentford. Akibatnya, Bentford menumbangkan City untuk kedua kali salam satu musim.
Andaikan tersandung pada final Piala FA, City tetap berkesempatan mencetak sejarah jika mengalahkan Inter Milan pekan depan, Sebab, City bisa menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.
Fokus saat ini tentunya tertuju kepada Piala FA. Jika berhasil, maka inilah Piala FA ketujuh City setelah sukses 1904, 1934, 1956, 1969, 2011 dan 2019. Jumlah trofi Piala FA ini sama dengan yang diraih Aston Villa.
Arsenal dan Manchester United masih menjadi dua tim tersering menjuarai Piala FA, masing-masing 14 dan 12 kali. Disusul Chelsea, Liverpool dan Tottenham Hotspur yang masing-masing sudah delapan kali merengkuh trofi ini.