REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) membuat kebijakan yang mengejutkan dengan melarang suporter untuk hadir di laga tandang pada Liga 1 musim 2023/2024 mendatang yang disebut mengacu pada surat FIFA. Pengamat sepak bola Indonesia Kesit Budi Handoyo menyayangkan aturan tersebut, tapi menurutnya hal itu harus dipahami oleh semua suporter.
LIB sebelumnya telah merilis jadwal Liga 1 musim baru yang dimulai 1 Juli 2023 hingga 28 April 2024 kepada klub-klub peserta. Bersamaan dengan itu, LIB juga menyampaikan kepada klub bahwa ada aturan baru mengenai suporter pada musim 2022/2023, di mana selama penyelenggaraan kompetisi, suporter tamu tidak diizinkan hadir dengan pertimbangan faktor keamanan.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjelaskan bahwa keputusan untuk melarang pendukung lawan melakukan away day disesuaikan dengan surat FIFA terkait transformasi sepak bola Indonesia dan tahun politik. Kesit mengakui kebijakan ini akan sulit diterima, tapi menurutnya itu adalah jalan terbaik menghadapi tahun politik, di mana kompetisi juga harus tetap berjalan.
"Meskipun sangat disayangkan, tapi karena situasi dan kondisi perpolitikan nasional yang akan memasuki masa-masa persiapan Pemilu, plus masih adanya atensi dari FIFA terkait Kanjuruhan, mau tak mau ya untuk sementara suporter dituntut untuk dapat memahaminya," kata Kesit saat dihubungi republika.co.id, Ahad (11/6/2023).
Di sisi lain, Kesit menilai ada beberapa hal positif yang dapat dipetik jika suporter tandang dilarang hadir dan yang paling utama adalah meminimalisir keributan antar penonton. "Positifnya lebih kepada terjaganya komdusifiitas saja, walau ancaman terhadap terjadinya chaos tetap tak bisa diabaikan," kata dia.
"Kerugiannya mungkin hanya sebatas pada tim away yang tidak mendapat dukungan dari suporternya. Dan warna suporter di stadion hanya satu saja karena dominasi suporter tuan rumah," ujarnya menambahkan.
Meskipun memberikan dukungan untuk pelarangan suporter tandang, Kesit menegaskan itu tak boleh berlaku selamanya. Menurutnya jika tahun politik sudah selesai, suporter kedua tim harus diberikan tempat dengan porsi yang sama di lapangan.
"Sebaiknya jangan lama-lama juga (larangan suporter), saat kondisi dirasakan sudah mulai kondusif kebijakan bisa dicabut. Tentu sambil terus dilakukan imbauan untuk mengingatkan suporter tentang pentingnya kenyamanan dalam sebuah pertandingan sepak bola," ujarnya menambahkan.