Sabtu 24 Jun 2023 08:21 WIB

Sejarah Piala Dunia U-17, Dari Singapura untuk Dunia

Singapura menginspirasi FIFA untuk menggelar Piala Dunia U-17 pada 1985.

Rep: Reja Irfa WIdodo/ Red: Israr Itah
FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023.
Foto: Reuters
FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023, yang rencananya bakal digelar pada 10 November hingga 2 Desember. Indonesia pun menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara di sepanjang sejarah turnamen kategori umur tersebut yang mendapatkan kepercayaan dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) untuk menjadi tuan rumah.

Kendati begitu, Asia Tenggara sebenarnya bukanlah kawasan yang asing untuk turnamen tersebut. Singapura, sebuah negara kecil di Selat Malaka, justru menjadi peletak dasar konsep dan ide awal dari turnamen yang mempertemukan para pemain junior di seluruh dunia tersebut. 

Baca Juga

Ide ini berasal dari gagasan Nadesan Ganesan, yang menjabat sebagai Presiden Federasi Sepak Bola Singapura (FAS) pada 1976 hingga 1982. Saat itu, Ganesan tengah berusaha mendorong partisipasi dan perkembangan sepak bola level junior di Singapura. Pun dengan usaha untuk mencari talenta-talenta berbakat yang nantinya bisa memperkuat tim nasional Singapura senior.

Berangkat dari kebutuhan ini, FAS di bawah kendali Ganesan meluncurkan turnamen bertajuk Lions City Cup. Turnamen untuk kategori usia U-16 ini pertama kali digelar pada 8 hingga 18 Desember 1977. Berdasarkan arsip dari Straits Times, edisi perdana Lions Cup City itu diikuti dua tim asal Singapura, dan tim asal sejumlah negara bagian Malaysia, seperti Penang, Perak, Johor, Selangor, dan Kelantan.

Saat itu, FAS menghabiskan dana sebesar 58 ribu dolar singapura untuk menggelar turnamen tersebut. Hasilnya, Tim Singapura ''A'', yang diperkuat Fandi Ahmad, keluar sebagai pemenang. Belakang, Fandi Ahmad dikenal sebagai salah satu penyerang legendaris Singapura di dekade 90an.

Kesuksesan edisi perdana Lion City Cup ternyata menarik minat negara-negara lain. Pada edisi berikutnya, tepatnya pada 1978, tim kontestan pun kian bertambah banyak. ''Selain sejumlah negara bagian Malaysia, dan Malaysia, turnamen itu diikuti oleh perwakilan dari Thailand, Brunei, dan Indonesia. FAS mulai melihat peluang untuk menjadi turnamen ini sebagai turnamen internasional,'' tulis laporan Straits Times.

Pada tahun berikutnya, Ganesan melakukan lobi ke Federasi Sepak Bola Asia (AFC). Ganesan membawa proposal penawaran untuk menjadikan turnamen Lions City Cup sebagai salah satu agenda AFC. Meski belum mendapat restu dari AFC, Lions City Cup 1979 sudah diikuti sejumlah negara di kawasan Asia, tidak terkecuali dari kawasan Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Bahrain. Pun dengan kehadiran tim nasional Korea Selatan junior.

Perkembangan turnamen ini di kawasan Asia Tenggara ternyata dilirik oleh FIFA. Pada September 1981, FIFA mengirimkan Sepp Blatter untuk memantau dan meminta laporan dari FAS soal penyelenggaraan Lions City Cup. Kala itu, Blatter masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal FIFA. Sebulan kemudian, Presiden FIFA saat itu, Joao Havelange, menyambangi Singapura dan memberikan selamat kepada FAS atas turnamen tersebut.

"FIFA akhirnya...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement