REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih timnas Indonesia U-17 Bima Sakti telah memanggil 34 pemain untuk mengikuti seleksi pemusatan latihan (TC) tahap pertama tim U-17 di Jakarta mulai 10 Juli hingga 28 Agustus. Enam di antaranya adalah pemain diaspora, antara lain Welber Halim Jardin, Madrid Augusta, Mahesa Ekayanto, Staffan Qabiel Horrito, Aaron Liam Suitela, Aaron Nathan Ang.
Pengamat sepak bola Indonesia Mohamad Kusnaeni mengatakan pemanggilan pemain diaspora untuk memperkuat timnas Indonesia sebaiknya tidak dipersoalkan. Menurutnya, para pemain yang memiliki darah keturunan Indonesia dan memiliki paspor Indonesia juga berhak membela Merah Putih di mana pun mereka dibesarkan.
"Itu tidak perlu dipersoalkan. Apalagi untuk anak-anak yang memang sudah memegang paspor Indonesia, jelas mereka punya hak membela tim nasional negaranya," kata Kusnaeni kepada Republika.co.id, Senin (10/7/2023).
Selain itu, kata Kusnaeni fenomena pemain diaspora atau pemain naturalisasi sudah umum di dunia sepak bola di negara mana pun. Menurutnya itu hal yang lumrah dilakukan oleh sebuah federasi untuk memperkuat tim nasionalnya saat berlaga di event-event internasional.
Sebab itu, Kusnaeni menilai pemanggilan pemain naturalisasi maupun diaspora sah-sah saja selama tetap dilakukan dengan proporsional. "Diaspora dan naturalisasi adalah fenomena global dalam sepak bola modern. Kita tak perlu mengingkari itu. Cukup menyikapinya secara bijak, selektif, dan proporsional," kata Kusnaeni.
"Coach Bima dan staf pelatih timnas U-17 harus bersikap terbuka. Semua putra terbaik bangsa yang memenuhi syarat berhak mendapat kesempatan untuk diseleksi dan dipilih oleh tim nasional," ujarnya menambahkan.
Pria yang akran disapa Bung Kus itu juga menilai, belum tentu pemain-pemain tersebut lebih hebat dibandingkan pemain lain yang dibesarkan di dalam negeri. "Belum tentu pemain diaspora itu punya kemampuan lebih hebat dibanding anak-anak kita yang berlatih dan berkompetisi di dalam negeri. Tapi, jika memang mereka punya kemampuan lebih, tidak ada salahnya jika mereka dipilih," kata Kusnaeni.
"Saya tetap yakin banyak anak-anak kita dari kompetisi lokal yang bisa bersaing. Sehingga nantinya timnas U-17 yang main di Piala Dunia akan merupakan kombinasi talenta lokal dan pemain diaspora yang punya paspor Indonesia," ujarnya.