Senin 23 Oct 2023 21:56 WIB

Jelang Laga Liga Champions, Ini Opsi Terbaik di Lini Tengah Manchester United

Dia adalah pemimpin orkestra United musim lalu.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Sofyan Amrabat dari Manchester United (tengah) dan Yoane Wissa dari Brentford berebut bola saat pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Brentford di stadion Old Trafford di Manchester, Inggris, Sabtu (7/8/2023).
Foto: AP Photo/Jon Super
Sofyan Amrabat dari Manchester United (tengah) dan Yoane Wissa dari Brentford berebut bola saat pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Brentford di stadion Old Trafford di Manchester, Inggris, Sabtu (7/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manchester United mungkin telah menemukan kemitraan lini tengah yang sempurna untuk pertandingan Liga Champions melawan Copenhagen, Rabu (25/10/2023) dini hari WIB di Old Trafford. Dengan Casemiro tidak bisa bermain karena cedera, semua mata tertuju pada Sofyan Amrabat ketika Manchester United tampil hebat di Bramall Lane menghadapi Sheffield United, Ahad (22/10/2023).

Pemain internasional Maroko, untuk pertama kalinya sejak tiba dengan status pinjaman dari Fiorentina bulan lalu, ditempatkan sebagai satu-satunya gelandang bertahan, yang berarti dialah yang menjadi penghancur utama United. Dia memulai di lini tengah, bergabung dalam sistem tiga pemain dengan Scott McTominay dan Bruno Fernandes, yang beroperasi dalam peran yang lebih maju.

Baca Juga

Dilansir Manchester Evening News, Senin (23/10/2023), Amrabat sebetulnya kesulitan untuk memaksakan diri di babak pertama, dengan tim papan bawah Blades sering berusaha berputar di belakang empat bek United. Mereka mempunyai banyak peluang, namun hanya berhasil melewati kiper Andre Onana melalui titik penalti.

Namun, setelah jeda paruh waktu, tim asuhan Erik ten Hag mulai meningkatkan kemampuannya, secara teratur mengetuk pintu Blades dengan harapan menambah gol McTominay di babak pertama. Setelah satu jam berlalu, mereka akhirnya mulai membalikkan keadaan dan menempatkan tim asuhan Paul Heckingbottom di bawah tekanan yang berkepanjangan.

Sebagian besarnya berasal dari masuknya Christian Eriksen pada menit ke-63. Dia turun dari bangku cadangan untuk menggantikan McTominay, dan United segera mendapatkan keuntungan dari kedatangannya.

Seperti yang ia tunjukkan dalam banyak kesempatan selama musim debutnya di Old Trafford musim lalu, ia, meskipun telah mengembangkan reputasi selama bertahun-tahun sebagai pemain nomor 10 yang kreatif, pada kenyataannya, adalah salah satu deep-lying playmaker terbaik.

Dia adalah pemimpin orkestra United musim lalu, secara teratur memimpin permainan dengan jangkauan umpannya yang bervariasi dan kemampuannya mengendalikan tempo.

Begitu ia dimasukkan oleh Ten Hag, United segera mengamankan kendali permainan, menikmati banyak penguasaan bola, yang menghasilkan banyak peluang yang tercipta. Eriksen menyelesaikan 24 dari 28 percobaan umpannya, 11 di antaranya progresif. Ia mengakhiri pertandingan dengan akurasi passing 85,7 persen

Ketenangan dan kemampuan mengatur pemain Denmark dengan bola tetap menjadi atribut utama yang berkontribusi terhadap cara Ten Hag ingin timnya bermain. Pelatih asal Belanda ini mempunyai visi agar United bisa mendominasi penguasaan bola dan mendikte pertandingan, sama halnya dengan Manchester City, misalnya.

Meskipun United menikmati 63 persen penguasaan bola di South Yorkshire, baru ketika Eriksen masuk lapangan mereka mengendalikan permainan dan mengoper bola dengan penuh tujuan. Mereka juga lebih yakin dan terorganisir dengan dia ditempatkan di tengah.

Musim lalu, ia menjalin kemitraan yang sangat baik dengan Casemiro di lini tengah, sering kali menjadi penghubung antara pertahanan dan serangan. Dia adalah shuttle yang menggerakkan bola di antara kedua kotak.

Namun, seperti pemain Brasil itu, Eriksen akan berusia 32 tahun pada bulan Februari, yang berarti wajar jika ia melambat dan mengalami lebih banyak kelelahan. Seperti yang dia tunjukkan pada Sabtu malam, bukan berarti dia tidak bisa memainkan peran penting bagi United musim ini.

United, tentu saja, memperkuat opsi lini tengah mereka di musim panas dengan merekrut Mason Mount, yang pada dasarnya direkrut untuk memperkuat posisi No.8 dan menjalankan tugas serupa seperti yang dilakukan Eriksen musim lalu. Namun kariernya di United masih menunggu momen terobosan.

Oleh karena itu, betapa mengesankannya cara Eriksen membantu United merebut kendali pertandingan di akhir pekan, mantan pemain Brentford itu harusnya bisa menjadi starter melawan Copenhagen, ditempatkan bersama Amrabat, yang diperkirakan akan kembali bermain di lini tengah bertahan, menggantikan Casemiron, sehingga Eriksen mampu meningkatkan tingkat kendali United sejak awal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement