Kamis 23 Nov 2023 07:50 WIB

Suporternya Kibarkan Bendera Palestina, Celtic Didenda UEFA

Pengibaran bendera oleh fans Celtic tersebut sebagai bentuk dukungan kepada Palestina

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Israr Itah
Para pendukung Celtic mengibarkan bendera Palestina (ilustrasi)
Foto: AFP/ANDY BUCHANAN
Para pendukung Celtic mengibarkan bendera Palestina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Klub Skotlandi Celtic mendapatkan sanksi dari UEFA sebesar 19 ribu dolar AS akibat penggemar mereka mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan Liga Champions melawan Atletico Madrid bulan lalu. Pengibaran bendera tersebut sebagai bentuk dukungan kepada Palestina setelah zionis Israel melancarkan agresi militer ke negara tersebut.

"Bendera tersebut, yang berjumlah ratusan, dianggap sebagai pesan provokatif yang bersifat ofensif," kata pernyataan UEFA, dilansir dari Reuters, Kamis (23/11/2023).

Baca Juga

Para penggemar sejatinya telah diperingatkan oleh klub agar tidak mengibarkan bendera Palestina ketika Celtic menghadapi Liverpool. Sebelum pertandingan 25 Oktober, terdengar penggemar menyanyikan "You'll Never Walk Alone" sambil memegang bendera Palestina dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di Instagram.

Pendukung juga membentangkan dua spanduk besar di Celtic Park bertuliskan "Bebaskan Palestina" dan "Kemenangan Perlawanan". Pemerintahan Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 13.300 warga Palestina telah tewas, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak.

Celtic berada di urutan keempat Grup E Liga Champions dengan raihan satu poin dalam empat pertandingan. Mereka juga didenda 10.000 poundsterling karena penggemar menghalangi jalan dan menggunakan kembang api.

Dukungan dari insan sepak bola tidak hanya datang dari penggemar Celtic. Banyak penggemar-penggemar klub lain juga memberikan dukungan dengan cara membentangkan bendera Palestina saat pertandingan berlangsung.

Zionis Israel terus melancarkan serangan membabi buta dengan mengarahkan sasaran ke tempat-tempat terlarang dalam hukum perang internasional seperti rumah sakit, sekolah dan permukiman penduduk. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement