REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Thomas Tuchel telah memperingatkan Arsenal bahwa Bayern Muenchen ingin membuat mereka terluka pada leg pertama perempat final Liga Champions di Stadion Emirates, Rabu (10/4/2024). Bos Bayern, yang melatih Chelsea antara tahun 2021 dan 2022, kembali ke London untuk menghadapi pemimpin klasemen sementara Liga Primer Inggris.
Tuchel mengakui Arsenal akan menjadi lawan berat bagi timnya. "Arsenal saat ini tim terbaik di Liga Inggris dan itu memang pantas, semua data menunjukkan hal itu. Mereka sedang dalam performa bagus dan berada di level tertinggi selama dua musim terakhir, jadi ini adalah ujian besar bagi kami," kata Tuchel dikutip dari Football365, Selasa (9/4/2024).
"Ini tahun kedua bagi mereka di mana mereka bermain di level yang sangat tinggi, mereka memiliki begitu banyak energi di lapangan dan mereka dapat mempertahankannya untuk waktu yang lama," ujarnya menambahkan.
Di sisi lain, di kompetisi lokal pasukan Tuchel tertinggal 16 poin dari pemuncak klasemen Bundesliga Bayer Leverkusen setelah kekalahan 3-2 di Heidenheim. Meski menjalani musim liga yang lesu, Tuchel menegaskan timnya bisa menyakiti The Gunners di kejuaraan paling bergengsi di Eropa.
"Kami tahu tentang kekuatan kami sendiri dan bagaimana kami ingin menyakitinya. Kami tahu Liga Champions adalah kompetisi di mana kami memiliki lebih banyak pengalaman selama beberapa tahun terakhir. Kami ingin menggunakannya untuk keuntungan kami," kata dia.
Arsenal finis kelima selama musim penuh pertama Tuchel sebagai manajer Chelsea pada 2021/2022. Tuchel memuji bos Gunners Mikel Arteta sebagai alasan di balik kebangkitan mereka dalam beberapa tahun terakhir.
"Ada perubahan total dalam budaya sejak Arteta bergabung, jelas klub ingin pergi bersamanya dan klub sedang memanennya. Itu awal yang sulit tetapi tim mendukungnya dan mereka mengatasi fase sulit tersebut. Secara taktik mereka berada pada level yang sangat tinggi, mereka sangat stabil melawan bola. Anda harus memberi mereka pujian yang besar," kata Tuchel.
Ikuti Whatsapp Channel Republika