REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Novak Djokovic yang akan memulai upayanya untuk mempertahankan gelar French Open, Selasa (28/5/2024), yakin pengalaman Grand Slam yang ia miliki dapat membantunya mengatasi performanya yang lesu musim ini.
Petenis nomor satu dunia, yang mengincar gelar Roland Garros keempat dan rekor turnamen major ke-25, sedang mengalami rekor terburuknya sejak 2018.
Djokovic belum memenangi gelar pada 2024, dan belum mencapai final dengan semifinal di Australian Open dan Monte Carlo Masters menjadi penampilan terbaiknya.
Ia juga mengalami insiden saat kepalanya secara tidak sengaja terkena lemparan botol air logam di Roma yang menyebabkan mual dan pusing.
Di Jenewa pekan lalu, saat ia disingkirkan oleh petenis Ceko Tomas Machac, Djokovic mengatakan ia menderita masalah perut.
"Saya tidak akan menyebutnya lubang. Itu lebih merupakan gundukan di jalan," kata Djokovic, seperti disiarkan AFP, Selasa.
"Saya selalu melihat ke depan, apa tantangan selanjutnya, dan apa yang diperlukan agar saya bisa menjadi lebih baik dibandingkan minggu lalu."
Ketika diminta menjelaskan kesulitannya sejauh musim ini, Djokovic memilih untuk bersikap bijaksana.
"Berbagai hal telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir, tapi saya tidak ingin membahasnya. Saya tidak ingin membuka Kotak Pandora," kara Djokovic.
"Apa yang telah terjadi, terjadi, dan itu terjadi di masa lalu."
"Saya tahu persis apa yang harus saya lakukan di lingkungan Grand Slam. Saya sudah mengalaminya 24 kali dalam karier saya," ujar petenis berusia 37 tahun itu.
Djokovic akan menghadapi petenis wildcard Prancis Pierre-Hugues Herbert yang ia kalahkan dalam satu-satunya pertemuan mereka sebelumnya di Paris Masters pada 2013.
Herbert, peringkat 142 dunia, mencapai babak ketiga pada 2018 tetapi belum memenangi satu pertandingan pun di tur utama tahun ini.
Sementara itu, juara Australian Open dua kali Aryna Sabalenka berupaya mencapai final Roland Garros pertamanya.
Petenis nomor dua dunia itu setidaknya mencapai semifinal di enam ajang Grand Slam terakhir.
Sabalenka juga satu-satunya petenis putri yang mengalahkan peringkat satu dunia dan pemenang French Open tiga kali Iga Swiatek di final di lapangan tanah liat -- di Madrid tahun lalu.
Sabalenka yang berusia 26 tahun bahkan belum pernah mencapai pekan kedua di Roland Garros hingga tahun lalu, ketika ia disingkirkan oleh Karolina Muchova di semifinal.
"Iya tentu saja sangat memotivasi saya untuk menjadi lebih baik, dan saya pikir saya meningkatkan banyak hal hanya karena dia. Dia seperti menunjukkan hal-hal yang tidak saya kuasai," kata Sabalenka yang akan memulai perjalanannya di Paris melawan petenis Rusia Erika Andreeva.