Selasa 03 Aug 2010 03:18 WIB

Final Piala Indonesia 2010, Liga Pilih Hindari Konflik

Rep: Israr/ Red: Endro Yuwanto
Piala Indonesia
Piala Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Liga Indonesia bermain aman. Pelaksana kompetisi sepak bola tanah air ini tidak ingin terjebak konflik berkepanjangan dengan pihak kepolisian, khususnya Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Kapolda Jateng) Irjen Pol Alex Bambang Riatmojo.

Itu sebabnya Presiden Direktur Liga, Andi Darussalam Tabusalla, menegaskan jika aksi Alex yang menunda babak kedua final Piala Indonesia 2010 hingga sekitar satu jam bukan suatu intervensi.

''Saya menganggap ini adalah bentuk kepedulian beliau (Alex) terhadap sepak bola nasional. Apa yang dilakukannya kita anggap sebagai koreksi untuk perbaikan di masa datang,'' kata Andi seusai pemberian trofi juara, Senin (2/8).

Sriwijaya FC (SFC) mengukir sejarah sebagai tim pertama yang meraih gelar Piala Indonesia tiga kali berurutan. Bertanding di Stadion Manahan Solo, SFC membungkam Arema Indonesia 2-1 lewat gol Keith Kayamba Gumbs dan Pavel Solomin. Arema hanya bisa membalas lewat M Ridhuan.

Alex merasa laga berpotensi menimbulkan keributan karena menilai wasit Jimmy Napitupulu yang memimpin pertandingan tidak tegas. Saat Jimmy mengeluarkan kartu merah untuk striker Arema, Noh Alam Shah, di menit ke-20. Alex bergegas mendatangi bangku cadangan kedua tim. Pertandingan babak pertama selesai dengan baik namun jeda pertandingan yang seharusnya hanya 15 menit molor hingga satu jam.

''Sekali lagi saya tegaskan Kapolda tidak mengintervensi. Ia hanya meminta wasit diganti namun setelah kita beri pengertian dia akhirnya mengerti. Kita bersyukur pertandingan bisa diselesaikan dengan baik,” ucap Andi.

Jika Andi menolak kata intervensi, hal berbeda disampaikan Jimmy. Menurutnya, sikap Kapolda dengan meminta dirinya diganti adalah bentuk intervensi berlebihan. ''Apa namanya jika bukan intervensi? Presiden sekalipun tidak bisa mengganti wasit yang sedang memimpin pertandingan,'' kata Jimmy.

Pria yang mengantongi ijazah S1 Hukum ini menjelaskan bahwa sepak bola memiliki aturan khusus. Aturan ini bisa mengenyampingkan aturan umum. ''Bahasa hukumnya, lex specialis derogat lex generalis. Sepak bola punya mekanisme aturan tersendiri. Pergantian wasit tidak bisa sembarangan,'' kata Jimmy.

Wasit, kata Jimmy, hanya bisa diganti jika tidak mampu melanjutkan pertandingan dengan alasan kesehatan. Itu pun harus dengan rekomendasi dokter dan atas permintaan sang wasit sendiri. ''Kalau saya diganti untuk menuruti keinginan Kapolda Jateng, saya akan lapor FIFA,'' tegasnya.

Aksi Alex ini menuai kecaman banyak pihak. Namun, mereka menggunakan bahasa yang halus. Pelatih Arema, Robert Albert, misalnya. Ia menyebut kejadian ini sebagai sesuatu yang ‘unik’. ''Baru kali ini saya menyaksikan pertandingan sepak bola tertunda oleh petugas keamanan. Ini sesuatu yang menarik dan unik buat saya,'' ujarnya diiringi senyuman lebar.

Pelatih SFC, Rahmad Darmawan, menolak berkomentar secara langsung. Namun ia menegaskan, di lapangan hijau, aturan yang berlaku hanyalah hukum sepak bola.

Kedua pelatih ini menegaskan secara keseluruhan performa Jimmy cukup baik. Jika ada kekeliruan, kata keduanya, masih berada dalam taraf wajar dan bisa dimaklumi.

Saat babak kedua molor, kedua pelatih ini berjalan bergandengan untuk meredakan ketegangan penonton dan menunjukkan jika mereka tidak bermasalah dengan kepemimpinan Jimmy. Mayoritas penonton di stadion yang merupakan suporter Arema, bersabar menunggu dengan bernyanyi. Mereka terus memberikan dukungan hingga laga usai.

Sayangnya, usai peluit akhir tanda laga usai berbunyi, sebagian penonton berbuat ulah. Mereka membakar sampah di tribun terbuka. Ada sekitar 35 titik api kecil dan sedang di tribun timur, 12 di tribun utara dan 15 di tribun selatan. Untungnya api tersebut tidak menimbulkan bahaya karena tidak lama kemudian padam.

Sebagian penonton juga melempari botol air mineral ke arah para pemain dan ofisial SFC yang tengah merayakan kemenangan di dalam lapangan. Bukannya takut, para pemain bahkan memunguti botol tersebut dan menggunakannya isinya untuk menyiram Rahmad. Mereka berteriak menyebut ‘RD’ singkatan Rahmad Darmawan dan ‘campeone’ secara bergantian sambil mengacungkan tiga jari ke udara dalam selebrasi di lapangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement