Kamis 31 Jul 2014 18:07 WIB

Sisi Kelam Persiapan Piala Dunia 2022 Qatar (1)

Rep: c79/ Red: Agung Sasongko
Qatar
Foto: AP
Qatar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski belum dimulai, penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 terus menuai masalah. Itu terjadi setelah adanya laporan dari organisasi HAM dunia, Amnesty International, terkait unsur perbudakan pada pekerja konstruksi bangunan dan fasilitas Piala Dunia.

Dilansir theguardian, Qatar dikabarkan telah melanggar hak-hak pekerja dengan beban pekerjaan yang tidak manusiawi. Mereka membangun berbagai stadion megah demi menyambut Piala Dunia tanpa memperhatikan kesejahteraan para pekerjanya.

Salah satu nama stadion mewah yang tengah di bangun itu adalah Al-Wakrah Stadium. Lebih dari 100 pekerja dari beberapa negara termiskin di dunia bekerja keras untuk menyelesaikan stadion yang berkapasitas 40 ribu kursi itu.

Sayangnya, stadion yang dirancang oleh arsitek Inggris, Zaha Hadid ini telah menjadi saksi bagaimana para pekerja yang sudah sekuat tenaga memeras keringat di bawah panasnya gurun pasir, namun hanya diberi upah yang sangat sedikit, yaitu 4,9 poundsterling per hari atau sekitar Rp 100 ribu

Pemerintah Qatar telah mengabaikan nasib para pekerja, negeri kaya minyak ini seolah menjadi neraka bagi para buruh bangunan yang kebanyakan datang dari India, Bangladesh dan Pakistan. Mereka dipaksa bekerja di bawah suhu gurun yang sangat panas tanpa perlindungan yang memadai. Hasilnya, ratusan pekerja dikirim kembali ke negara asalnya tanpa nyawa.

Masalah tidak hanya sampai disitu, pada Selasa (31/7),Guardian mengungkapkan, pembangunan kantor mewah yang digunakan oleh panitia Piala Dunia Qatar ternyata pekerjanya belum dibayar sampai satu tahun dan sekarang mereka hidup dalam kemelaratan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement