REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Pangeran Ali Bin Al Hussein menantang Joseph "Sepp" Blatter dalam perebutan kursi kepresidenan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Pangeran asal Jordania itu berpendapat kalau sudah saatnya FIFA berganti rezim.
"Ini bukanlah keputusan yang mudah. Keputusan itu muncul berdasarkan pertimbangan dan diskusi yang ketat bersama anggota FIFA lainnya beberapa bulan terakhir," ungkapnya seperti dikutip Guardian, Selasa (6/1).
Sepp Blatter telah menduduki kursi presiden FIFA selama 17 tahun terakhir. Blatter mengantikan Joao Havelange pada 1998 lalu.
Ali Bin Al-Hussein maju sebagai kandidat karena menilai kepemimpinan Blatter sarat akan korupsi. Selain itu, Blatter juga terlibat kontoversi atas tuduhan manajerial keuangan yang buruk dan dugaan penerimaan suap untuk menjadikan Qatar tuan rumah Piala Dunia 2022.
"Aku mengincar kepresidenan FIFA karena aku percaya inilah saatnya untuk mengubah fokus dari administrasi kembali ke olah raga," tegas pria yang saat ini menjadi anggota Komite Eksekutif FIFA.
Pangeran 39 tahun itu mengatakan bahwa sudah seharusnya kompetisi kelas dunia memiliki manajemen berkelas dunia pula. Lanjut Ali, dunia membutuhkan federasi internasional yang penuh etik, transparan dan memilik sistem yang sehat.
Prince Ali kemungkinan besar akan didukung oleh Presiden UEFA Michel Platini. Sebelumnya Platini mengatakan akan mendukung calon yang berani menjadi saingan Blatter. "Calon tersebut harus dari luar Eropa agar peluangnya untuk menang lebih besar," ujar Platini beberapa waktu lalu.