Sabtu 08 Aug 2015 06:03 WIB

Dendam di Shanghai

Rep: Frederik Bata/ Red: Fernan Rahadi
Striker Juventus Mario Mandzukic (kanan) berebut bola dengan gelandang Lazio Lucas Biglia
Foto: REUTERS/Aly Song
Striker Juventus Mario Mandzukic (kanan) berebut bola dengan gelandang Lazio Lucas Biglia

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah tendangan bomber Juventus Alessandro Matri pada menit ke-97 berhasil merobek gawang Lazio yang dikawal penjaga gawang Etrit Berisha. Sontak kedudukan yang semula imbang 1-1 berubah menjadi 2-1 untuk keunggulan Bianconeri. Duel ini terjadi di stadion Olimpico, Roma, akhir Mei lalu dalam laga bertajuk final Coppa Italia.

Hasil itu terasa menyesakkan bagi segenap pecinta Biancoleste. Harapan untuk menggenggam satu trofi di musim kompetisi 2014/2015 pupus sudah. Menjadi sebuah kerugian jika berkaca pada duel yang sebenarnya berlangsung di rumah mereka sendiri. Faktanya dominasi Laziale di arena berkapasitas 82.307 kursi itu tak mampu menolong Lazio dari kekalahan.

Kini dua bulan telah berlalu. Musim kompetisi yang lalu telah usai dan situasi di negeri Spaghetti mulai memasuki pekan-pekan akhir menjelang kembali bergulirnya turnamen kasta tertinggi ranah Italia. Namun, sebelum Seri A resmi dimulai, masih ada satu partai penting yang melibatkan peraih Scudetto dan kampiun Coppa musim lalu.

Laga tersebut memperebutkan Piala Super Italia (Supercoppa Italiana) yang akan berlangsung di Shanghai Stadium, Sabtu, (8/8) malam WIB. Pada titik ini kembali Juve dan Lazio akan saling berhadapan. Sebenarnya Bianconeri, adalah juara bertahan Seri A dan Coppa, namun tetap harus ada lawan yang harus dihadapi. Pilihannya jatuh pada tim elang biru sebagai finalis kompetisi kelas dua negeri Piza.

Dari semua cerita yang tersirat, jelas misi balas dendam diprediksi menjadi kartu As Lazio. Tim yang telah berumur 115 tahun itu tidak ingin dipecundangi  lawan yang sama. Setidaknya indikasi ini muncul lewat seruan yang dilontarkan oleh gelandang Antonio Candreva.

"Kekalahan di Coppa terasa menyakitkan, saya dan anggota tim memiliki ambisi yang sama yaitu ingin melakukan pembalasan," kata pemain yang pernah berseragam Juve ini kepada La Gazzetta Dello Sport.

Ia tidak menampik jika armada si Nyonya Tua memiliki segudang amunisi handal. Namun, lanjutnya, hal itu tidak berarti Juve menjadi tim yang tak tersentuh. "Mereka memang kuat, tapi bukan berarti tak bisa dikalahkan," imbuhnya.

Beralih ke kubu hitam putih. Sebelum melenggang ke negeri Tirai Bambu, rapor Juve di pra musim jauh dari kata memuaskan. Dari tiga kali bertanding, Gianluigi Buffon dan rekan-rekan hanya mencatat satu kemenangan, dua laga lainnya berakhir dengan kekalahan. Terakhir saat melawat ke markas Olimpique Marseille, stadion Velodrome, pada hari kedua bulan Agustus, Juve ditekuk dua gol tanpa balas oleh tuan rumah.

Kendati begitu, armada Bianconeri belum kehilangan harapan. Bek Martin Caceres mengatakan kubunya telah mempersiapkan diri dengan matang untuk menghadapi partai ini. Sehingga, kemenangan jelas menjadi asa yang diusung La Vechia Signora.

"Kami ingin melakukan yang terbaik untuk seragam ini dan jelas siap menjadi pemenang Piala Super (Italia)" jelas penggawa tim nasional Uruguay ini dikutip dari Football Italia.

Hanya saja menurunnya kolektivitas tim menjadi salah satu nilai minus Juve. Ini karena klub tersebut baru saja kehilangan tiga pilar andal dalam diri Andrea Pirlo, Carlos Tevez, dan Arturo Vidal yang hijrah ke klub lain. Belum lagi persolan cedera yang menimpa Sami Khedira, Giorgio Chiellini, serta Alvaro Morata yang harus absen sebulan karena bermasalah dengan betis. Celah ini bisa saja dimanfaatkan oleh lawan.

Namun, klub peraih 31 gelar Scudetto itu telah memiliki kedalaman skuat yang mumpuni. Belum lagi ada tambahan penggawa anyar bernama Paulo Dybala, dan Mario Mandzukic. Alhasil tak ada keraguan dari penggawa Juve demi meraih sukses di Shanghai. "Kami menunggu pertandingan ini dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik," tegas Caceres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement