Kamis 03 Sep 2015 21:59 WIB

Belajar dari Cerita Evan Dimas

Evan Dimas
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Evan Dimas

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Frederik Bata

Evan Dimas Darmono menjadi pusat perhatian penikmat sepak bola tanah air dalam beberapa tahun terakhir. Pemain berusia 20 tahun itu terkenal sejak menjadi kapten tim nasional U-19.

Di tengah hausnya para penggemar lokal akan prestasi, ia bersama rekan-rekannya muncul ke permukaan. Pemuda kelahiran Tanjungpinang ini berhasil membawa Garuda Muda menjuarai AFF Cup U-19. Tak hanya itu //hat-trick//-nya ke gawang Korea Selatan cukup membuat negara ini melenggang ke Piala Asia U-20 setahun berselang.

Itulah prolog singkat yang membuat nama Evan begitu membahana. Sekilas gaya bermainnya mirip Cesc Fabregas. Mampu mengatur tempo permainan juga rajin mencetak gol. Hingga akhirnya sulung dari empat bersaudara itu mampu menembus skuat timnas senior.

Evan pun digadang-gadang menjadi bintang besar negara ini di kancah internasional atau lebih disederhanakan pada level Asia Tenggara. Namun, konflik horizontal yang terjadi antara PSSI dan Kemenpora seolah mengubur semua asa yang tersembul. Kompetisi mati suri membuat calon super star memilih alternatif lain.

Ia akhirnya menuju ke Spanyol untuk menjalani trial di klub lokal. Adalah UE LIagostera tim dari ranah Matador yang memberi secercah harapan untuk Dimas. Namun, cerita berakhir putera bangsa ini gagal di kontrak. Evan pun kembali ke tanah air dan bergabung lagi bersama Persebaya.

Kisah jebolan SSB Mitar Surabaya tersebut belum dikategorikan miris, karena keahliannya masih mengundang banyak peminat. Namun masa depannya sempat terkatung-katung. Kembali saya melihat ini adalah korban konflik horizontal antara PSSI dan Kemenpora.

Masih banyak cerita lainnya, seorang pemain tak mampu menyalurkan bakat untuk kesinambungan hidup dan mimpi besar mereka. Saya tak ingin masuk dalam perdebatan siapa yang salah dan benar dari dua stageholder di atas.

Namun, alangkah lebih baiknya konflik ini diselesaikan. Sayang bakat besar seperti Evan dan masih banyak lagi tak memiliki saluran resmi untuk berkompetisi. Negeri kita sangat kaya pemain bola.

Terbukti pada turnamen Gothia Cup 2013 di Swedia, tim Asiop Apacinti U-14 yang menjadi wakil Indonesia menjadi runner up menyisihkan puluhan negara. Atau kisah manis yang diukir the All star Team Milan Jubior Camp asal tanah air sanggup menjadi kampiun di San Siro. Kenyataan ini membuat saya berpendapat keahlian anak-anak kita tak kalah dengan orang Eropa.

Hanya saja sistem pencarian bakat kita masih terkungkung pada tempat terbatas. Jika ada sekolah sepak bola resmi yang menjangkau seluruh kabupaten, saya yakin anggota timnas bukan orang-orang itu saja. Serta yang paling penting, anak-anak yang berbakat bisa memiliki jaminan masa depan.

Semua itu bisa terjadi jika sistem sepak bola kita sudah dibenahi. Tidak ada lagi konflik yang berkepanjangan. Kisah nasib pemain yang terkatung-katung harus ditiadakan.

Dengan demikian jika sistem sudah berjalan baik, bakat-bakat besar secara merata lahir dari Sabang-Merauke. Paradigma orang tua yang hanya ingin melihat anaknya menjadi PNS dan karyawan swasta hilang sudah. Mereka yang berbakat dibimbing secara teratur hingga mendapat sertifikasi resmi dan kontrak klub yang profesional.

Kendati begitu, kembali saya tegaskan mimpi ini menjadi nyata asal konflik berakhir. Jangan lupa umur organisasi sepak bola kita sudah mencapai angka 85. jangan lagi berlindung di bawah ungkapan kita adalah negara baru dalam sepak bola. Sampai saat ini kompetisi selevel Asia Tenggara pun belum bisa kita taklukan.

Saya bukan pengamat. Saya hanya anak bangsa yang mencintai si kulit bundar. Di situ ada kebanggaan dan emosi tanpa logika. Bravo sepak bola Indonesia.

Klasemen Liga 1 2024/2025
Pos Team Main Menang Seri Kalah Gol -/+ Poin
1 Persebaya Surabaya Persebaya Surabaya 7 5 2 0 7 5 17
2 Pusamania Borneo Pusamania Borneo 7 4 3 0 10 7 15
3 Bali United Bali United 7 4 2 1 12 6 14
4 Persib Bandung Persib Bandung 7 3 4 0 13 6 13
5 PSM Makassar PSM Makassar 7 3 3 1 9 5 12
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement