Senin 16 Oct 2017 14:13 WIB

Cinta Mati Choirul Huda pada Persela

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Israr Itah
Penjaga gawang kesebelasan Persela Choirul Huda
Foto: Syaiful Arif/Antara
Penjaga gawang kesebelasan Persela Choirul Huda

REPUBLIKA.CO.ID, LAMONGAN -- Belum juga luntur catatan hitam atas meninggalnya salah seorang suporter Persita Tangerang akibat bentrok dengan pendukung PSMS Medan, persepakbolaan Tanah Air kembali terguncang. 

Choirul Huda (38), penjaga gawang Persela Lamongan dinyatakan meninggal dunia, kala timnya bentrok dengan Semen Padang pada Ahad (15/10). Bapak dua anak itu menghadap Sang Pencipta setelah koma karena bertabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues. Saat itu, ia berusaha mengamankan gawangnya dari serangan pemain Kabau Sirah.

Meninggalnya penjaga gawang kelahiran Lamongan, 2 Juni 1979 yang terkesan mendadak itu, sontak membuat keluarga yang ditinggalkan kaget. Bahkan merasa tak percaya. "Rasanya itu seperti dia lagi main tandang di luar kota aja, kan memang sudah biasa dia begitu," kata sang adik ipar, Laura agnelia (32) saat ditemui Republika.co.id di kediamannya, Jalan Basuki Rahmad Nomor 66, Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan Lamongan, Lamongan, Senin (16/10).

Huda cukup lama malang melintang di lapangan hijau Tanah Air, khususnya di Persela Lamongan. Pemain yang sempat beberapa kali dipercaya mengawal gawang timnas Indonesia itu, memulai karier hingga menutupnya di tim berjuluk Laskar Joko Tingkir.  (Baca juga: Choirul Huda di Mata Kim Kurniawan)

Huda mengawali kariernya pada akademi sepak bola Persela Lamongan saat usianya masih belia. Baru kemudian pada pada awal musim 1999 ketika usianya 20 tahun, pemain dengan tinggi badan 185 cm itu didapuk menjadi penjaga gawang Persela di tim utama.

Laura mengungkapkan, sang kakak ipar sebenarnya pernah berkali-kali mendapatkan tawaran menggiurkan dari klub lain di Indonesia. Namun, karena sudah terlanjur jatuh cinta, Huda tak pernah tertarik melepas seragam biru langit yang merupakan ciri khas tim Laskar Joko Tingkir.

"Dia sudah cinta mati sama (Persela) Lamongan, jadi gak mau pindah. Kan bener-bener dari bawah dia di Lamongan, jadi kayak balas jasa," ujar Laura.

Tak hanya bagi keluarga, meninggalnya Huda juga menimbulkan rasa kehilangan bagi Persela Lamongan. Apalagi, yang bersangkutan bukan hanya sebagai kapten, melainkan juga sebagai maskot Laskar Joko Tingkir. "Kami sangat kehilangan atas berpulangnya Choirul Huda," kata Pelatih Persela, Aji Santoso.

Ucapan belasungkawa mengalir untuk Huda dari dalam dan luar negeri. Tak kurang pemain sekelas Paul Pogba ikut menyampaikan duka cita dan mendoakan yang terbaik untuk keluarga Huda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement