Selasa 14 Nov 2017 05:57 WIB

Hargai Tetesan Keringat Pemain Bhayangkara!

Bhayangkara FC melakukan selebrasi dengan menjunjung pelatih mereka, Simon Mc Menemy (atas) usai mengalahkan Madura United dengan skor 1-3 dalam laga Gojek Traveloka Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan (SGB) Bangkalan, Jawa Timur, Rabu (8/11).
Foto:

Tapi puluhan ribu hujatan terhadap Bhayangkara membuat saya berpikir apa pantas mereka dipojokkan atas boroknya para pekerja di organisasi induk sepak bola nasional.

Saya melihat langsung pertandingan perdana Bhayangkara FC di Liga 1 musim ini di Stadion Patriot pada Kamis (20/4). Ketika itu The Guardian menjamu Perseru Serui. Laga cukup menarik kala itu walau di stadion berkapasitas 30 ribu orang itu penonton tak sampai 1.000 orang. Yang bersorak atas gol kemenangan 2-1 Bhayangkara hanya beberapa anggota polisi, panitia pelaksana, wartawan dan beberapa puluh penduduk sekitar.

Bhayangkara adalah tim yang berjuang tanpa dukungan suporter yang kuat seperti klub-klub lawas semacam Persib Bandung dengan bobotohnya, Persija Jakarta dengan The Jakamania dan sampai Arema FC bersama Aremania.

Bhayangkara FC baru berumur dua tahun. Mereka tak membawa idenditas kedaerahan. Pelatih Bhayangkara Simon McMenemy kala itu mengatakan timnya berjuang seperti selalu main di kandang lawan. Walau main di kandang sendiri, mereka tidak mendengar nyanyian menggema untuk menyemangati Evan Dimas dan kawan-kawan. Saya iba ketika Bhayangkara menjamu Persib di Patriot, malah mereka menjadi tamu karena stadion di penuhi bobotoh.

McMenemy seakan cepat berdamai dengan kondisi tim tanpa suporter fanatik. Pelatih asal Skotlandia itu menanamkan semangat sepak bola murni kepada anak-anak asuhnya. McMenemy berhasil membuat pemain Bhayangkara FC bersenang-senang dengan sepak bola tanpa peduli dengan apa yang terjadi di luar garis lapangan.

Saya mulai respek dengan perjuangan Bhayangkara ketika perlahan namun pasti mereka menaiki papan atas klasemen sejak Liga 1 2017 memasuki masa pertengahan. Ketika tim-tim papan atas favorit juara seperti PSM Makassar, Arema Persipura dan Madura United mulai inkonsisten, McMenemy membuat Bhayangkara stabil dengan kemenangan demi kemenangan.

Pembelian Ilija Spasojevic saat jeda paruh musim menjadi salah satu kunci. Walau separuh musim, pemain yang akhirnya berpaspor Indonesia itu menjadi pahlawan di berbagai kemenangan penting dengan total torehan 13 gol  di 16 laga.

11 laga beruntun mereka catatkan tanpa kekalahan sejak awal putaran kedua sampai pekan ke 29. 11  laga itu itu menjadi faktor eksisnya Bhayangkara di papan atas klasemen. Mental bertanding mereka harus diakui karena kemenangan yang dibukukan Evan Dimas Cs juga di markas lawan.

Total dari 17 laga tandang, Bhayangkara mencatatkan sembilan kemenangan. Terbanyak dibandingkan laga tandang klub lain di Liga 1. Kemenangan tandang itupun diraih bukan hanya dari tim-tim papan bawah. Bhayangkara mengalahkan Bali United di Gianyar. Menjinakkan Sriwijaya FC di Palembang dan Memukul mundur Madura United di Bangkalan.

Kematangan bermain Bhayangkara saya akui juga ketika saya menyaksikan bagaimana Ilija Spasojevic dan kawan-kawan bermain di markas Persib Bandung. Laga yang berakhir sama kuat 1-1. Kolaborasi apik lini tengah Bhayangkara FC sangat enak dilihat.

Evan Dimas yang merupakan pahlawan Indonesia U19 di Piala AFF U19 di tahun 2013 menjadi perancang permainan dari lini tengah. Paulo Sergio menjadi penyambung lapangan tengah dengan para striker yang diisi oleh Spaso dan Ilham Udin. Gelandang berpengalaman asal Korea Selatan Lee Yoo-Joon pun menjadi gelandang bertahan yang selalu sigap memutus serangan lawan dari lapangan tengah.

Barisan pertahanan Bhayangkara pun punya nama-nama terkenal semisal Putu Gede, Jajang Mulyana dan kiper Awan Setho Raharjo.

Kalau kita memuji Bali United karena mengalahkan PSM Makassar di Mattoangin, bagaimana dengan laga besar ketika Bhayangkara mengalahkan Bali di Patriot. Laga itu menyuguhkan tontotan menarik dengan aksi saling balas gol. Di mana secara dramatis Bhayangkara menjadi pemenang dengan skor 3-2. Padahal di babak pertama mereka sempat tertinggal 2-1 oleh Bali.

Saya menyaksikan laga antara PSM vs Bali United dan juga Bhayangkara vs Bali United. Dua-duanya sama-sama dalam tensi tinggi serta memeragakan aksi ciamik yang sangat memanjakan mata kita sebagai pencinta sepak bola.

Jadi bila kita benar-benar melihat bagaimana Bhayangkara FC bermain musim ini, maka tidak akan ada keraguan kepada mereka  atas raihan gelar juara. Bhayangkara adalah tim dengah visi sepak bola yang jelas. Diperkuat pemain-pemain yang benar-benar menyukai sepak bola. Bermental baja karena banyak menang tanpa ada dukungan suporter.

Sepak bola Indonesia memang jauh dari kata sempurna jika kita membandingkan dengan Liga Eropa atau Liga Cina sekalipun. Kompetisi yang didambakan baru bergulir kembali setelah tiga tahun vakum. Orang-orang yang bekerja untuk jadi penyelenggara kompetisi masih baru dan gamang. Orang-orang lama yang mengerti cara membuat tipu muslihat pun masih ada bercokol untuk mengobrak-abrik kompetisi diimpikan bisa menjunjung tinggi sportivitas.

Jika kita tak puas dengan apa yang terjadi di Liga 1, hujatlah para mafia yang masih bergentayangan. Pekerja di PSSI dan PT LIB yang tidak becus, Polisi yang menyalahgunakan wewenang dan tugas untuk mengintimidasi pemain.

Pemain Bhayangkara adalah patriot sepak bola yang juga patut kita apresiasi. Mereka sama dengan pemain klub lain, yang meneteskan peluh yang tak sedikit di lapangan pertandingan dan di rumput latihan. Berjibaku dengan berbagai hantaman dari lawan. Berjuang untuk sebuah prestasi yang didambakan.

Biarlah Evan Dimas Cs memamen hasil kerja keras panjang tak kenal lelah.  Kita cuma bisa berharap semoga ada

keajaiban yang membuat para penjahat dunia sepak bola segera bertaubat.

Bravo sepak bola Indonesia!!!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement