Senin 25 Dec 2017 06:55 WIB
Evaluasi 2017 dan Outlook 2018

Joko Driyono: Bersyukur Liga 1 Digelar Tapi Belum Puas

Joko Driyono
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Joko Driyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PSSI tak puas dengan pencapaian sepanjang 2017. Setumpuk agenda dan prestasi sepak bola Indonesia masih dalam kondisi terseok-seok dan menyimpan banyak pekerjaan rumah di tahun-tahun mendatang. 

Namun PSSI meminta maklum dari situasi sepanjang tahun pertama pascanormalisasi. Kepada Wartawan Republika Bambang Noroyono, Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengungkapkan apa yang menjadi hambatan, masalah, dan kendala sepak bola di Indonesia sepanjang tahun yang akan lewat ini.

Berikut bagian kedua wawancara Joko Driyono mengenai penyelenggaraan Liga 1.

Soal Liga 1 2017, apakah sudah sesuai dengan keinginan PSSI?

Kita harus bersyukur bahwa 2017, setelah 2016 waktu itu ada ISC (Indonesia Soccer Championship) kemudian ada turunannya yang itu tanpa dikelola PSSI. Kemudian, saat 2017 liga sudah kembali ada dan dilaksanakan oleh PSSI. 

Paling tidak bahwa Liga 1 saat ini adalah struktur kompetisi yang sempurna telah terpenuhi. Apa itu? Bahwa liga itu ada posisi keolahragaannya menjadi urusannya PSSI, seperti wasit, pemain, komdis (komisi disiplin) dan banding, membership (klub-klub peserta liga). 

Kemudian liga melalui PT LIB (Liga Indonesia Baru) pure (murni) menangani bidang-bidang industri, bisnis, dan manejemen kompetisinya. Itu dari sisi struktur. Salah satu reformasi sepak bola melekat pada masalah kepemilikan modal di liga. Dan, itu sudah tuntas. Bahwa 99 persen kepemilihan saham di liga adalah klub-klub peserta liga sudah tereksekusi. 

Reformasi berikutnya adalah bisnis plan menengah dan jangka panjang. Bagaimanapun juga, liga ini adalah basis atau pilar pembentukan timnas yang kuat untuk kompetisi global yang sangat ketat. Di sisi lain liga ini, lokomotif industri dan ini sangat disadari oleh PSSI.

Pertanyaannya kalau puas atau tidak puas. PSSI belum puas. Kenapa? Diakui kita harus masih mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara tetangga. Bahkan kita menghendaki masuk ke kelas terhormat. Jangan dulu di dunia, tapi paling tidak di Asia. Dan, ini PR yang sangat berat untuk meng-upgrade liga kita.

Apa yang harus diperbaiki dari Liga 1 2017 untuk musim depan?

Kualitas liga yang kuat itu, unsurnya ada tiga. Federasi, operator, dan klub. tiga-tiganya tidak bisa menonjol sendirian. 

Federasinya kuat, punya wasit yang bagus, komdis yang konsisten dan tepat, regulasi yang kuat. Tapi tidak disertai dengan menejemen operator yang bagus profesional dan bisa mampu mengeksplorasi aset komersialnya, tentu itu akan mengundang kesulitan baru. 

PSSI oke, operator oke, tapi klub-klub kurang mampu maksimal juga akan menjadi masalah baru dan memperlambat kualitas kpmpetisi. Jadi tiga elemen ini sekarang memiliki visi yang sama yang harus dikejar sama-sama. 

Kualiatas liga yang baik harus berasal dari kemampuan klub yang mampu memaksimalkan profesionalitasnya. Kualitas klub yang baik juga harus berasal dari kemampuan operator menyajikan kompetisi yang baik. Dan, operator yang berkualitas harus didukung oleh kualitas internal federasi yang mumpuni. 

Di level klub contoh yang paling mudah,  soal lisensi klub. Persoalan ini menyangkut masalah infrastruktur klub, manajemen klub yang profesional, dan sumber daya termasuk keuangan sebagai kapasitas finansial. 

Jangan lupa soal ini juga menyangkut pengembangan sepak bola usia dini yang mengharuskan setiap klub memiliki skuat pemain muda yang harus ada. Ini semua telah disadari sebagai PR jangka panjang, dan harus dimulai sejak awal. 

PSSI sudah memulai ini dari 2017. tapi hasilnya masih sangat jauh dari kata puas. Masih sangat  belum. tapi bukan berarti kita mensyukuri apa yang sudah dilewati dengan segala kesulitannya.

Ketidakpuasan itu apakah karena kualitas liga kita atau dari aspek bisnisnya?

Ketidakpuasan itu ada dua tolok ukurnya. Apakah targetnya tidak tercapai? Bukan itu. Tapi kita lebih kepada jarak liga kita yang masih terlalu di bawah negara-negara lain. 

Gap ini yang menjadi ketidakpuasan kita. Sehingga ini harus menjadi motivasi bersama. Liga kita sudah terseok-seok sangat lama karena dinamika di internal.

Ketika Anda menggelar ISC 2016 putaran uangnya mencapai Rp 5,7 triliun. Di Liga 1 2017, berapa putaran uang dalam catatan PSSI?

Betul itu (putaran uang saat ISC 2016). Itu penghitungan putaran nilai yang didapat dari mikro sampai ke makro. Tetapi untuk Liga 1 2017 ini, kami belum pernah memprediksi berapa putaran nilai yang didapat sehingga saya tidak bisa membuat komparasi. 

LIB juga belum memberikan laporan yang rinci tentang putaran nilai ini. Karena memang analisa putaran nilai kompetisi ini sangat rumit sekali. 

ISC 2016 itu PT GTS (operator ISC 2016) menggunakan jasa pihak ketiga sebagai analisis data keuangan untuk mengukur nilai putaran kompetisi yang harus kami laporkan kepada Kemenpora ketika itu. 

Apakah PSSI punya target besaran nilai rupiah selama Liga 1 2017? 

PSSI sangat berharap nilai kompetisi Liga 1 2017 ini lebih besar dari ISC 2016 lalu. Di negara-negara dengan sepak bola yang sedang berkembang, kontribusi industri kompetisinya rata-rata dua persen dari PDB (pendapatan domestik bruto). Di Indonesia saat ini tidak sampai 0,01 persen.

PSSI melihat sepak bola Indonesia ini sebagai potensi ekonomi yang sangat besar. Selain soal keolahragaannya. Dari aspek ekonomi, market dan potensi pasarnya sangat besar. Tetapi menjadi komoditas yang sulit bersaing dalam unit-unit pendapatan negara lainnya seperti musik dan film dan pariwisata.

Usai Liga 1 2017, LIB malah menunggak subsidi yang harus dibayarkan ke klub. Apa pertanggungjawaban PSSI? 

Iya betul. Ketua umum mengatakan 2017 bukan awal yang tanpa tantangan. Tantangannya banyak sekali. Terobosan yang dibuat juga banyak sekali. 

Oleh karenanya semua kendala tadi, semua yang disebutkan tadi, kewajiban LIB kepada klub yang belum selesai. Kata-katanya adalah belum terselesaikan dan akan diselesaikan. Bukan diabaikan. Dan, ketua umum telah menyampaikan PSSI memberikan atensi. 

Bahkan beliau menyampaikan, ini tanggung jawab saya (ketua umum) yang sebenarnya itu merupakan tanggung jawab LIB. Tentu karena beliau sebagai penanggung jawab tertinggi dalam organisasi sepak bola di Indonesia. 

Dalam implementasinya, PSSI dan LIB punya unit-unit yang lebih fokus membidangi masalah ini. Dalam hal ini, rapat bersama kita pastikan ini menjadi referensi yang tidak boleh terjadi lagi pada Liga 1 2018.

Terkait pencairan subsidi klub-klub yang menunggak ini, ada kendala di mana? 

Terlalu prematur jika menilai kendalanya ada di mana. Tetapi PSSI sedang mendalami ini sebagai PR kolektif bersama LIB. Terutama di LIB. 

Misalnya saja, nilai kompetisi liga yang dituangkan dalam kontrak, antara proyeksi dan target dan realisasi yang tidak sesuai. Ini evaluasi yang tidak sederhana. Nilainya yang terlalu tinggi. Atau, market yang tidak menyerap, dan seterusnya. 

Karenanya PSSI meminta juga kepada LIB untuk menjadikan ini sebagai PR untuk 2018 agar memberikan perencaaan kompetisi yang lebih akurat lagi.

 

Baca juga:

Bagian Pertama PSSI-Pemerintah Berkomunikasi dengan Rileks

Bagian Ketiga Timnas Gagal Tapi Ada Kesinambungan Program

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement