Kamis 20 Dec 2018 01:30 WIB

Pemprov Sumsel Ingin Jadi Pemilik Mayoritas Saham Sriwijaya

Pemprov Sumsel berminat memiliki saham mayoritas PT SOM sebesar 51 persen.

Rep: Maspril Aries/ Red: Israr Itah
Muddai Madang
Foto: REPUBLIKA/Maspril Aries
Muddai Madang

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Setelah Sriwijaya FC terdegradasi ke Liga 2 Indonesia, PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) yang menjalankan klub siap melepas sahamnya kepada investor yang berminat. Salah satu yang berminat adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel). Keinginan memiliki saham Sriwijaya FC tersebut langsung disampaikan Gubernur Sumsel Herman Deru.

Terhadap rencana Gubernur Sumsel untuk memiliki saham PT SOM dibenarkan pelaksana tugas Direktur Utama PT SOM Muddai Madang. Muddai yang juga Komisaris Utama PT SOM, menjelaskan kepada Republika.co.id, Rabu (19/12) bahwa ia sudah bertemu dengan Herman Deru. Sang gubernur sudah menyampaikan keinginan tersebut.

Gubernur menyatakan, Pemprov Sumsel berminat memiliki saham mayoritas PT SOM sebesar 51 persen. Saat ini Pemprov Sumsel melalui Yayasan Pembina Sepak Bola Sumsel memiliki saham sebesar 11,5 persen. 

“Sebelum saya dilantik sebagai Gubernur Sumsel, di PT SOM ada peralihan kepemilikan saham. Setahu saya tadinya ada pemilik saham atas nama Baryadi dan Bakti Setiawan. Sekarang tidak ada lagi, semua dibeli Muddai Madang. Secara hukum formal Muddai Madang saat ini memiliki saham 88 persen,” ujar Herman Deru.

Kepada Republika, Muddai Madang membenarkan adanya peralihan kepemilikan saham. “Awalnya saat PT SOM didirikan, pemegang sahamnya adalah saya, Baryadi, Bakti Setiawan dan Yayasan Pembina Sepak Bola Sumsel. Lalu dalam beberapa kali RUPS terjadi peralihan saham, sekarang pemegan saham PT SOM adalah Muddai Madang sebanyak 88,5 persen dan Yayasan Pembina Sepak Bola Sumsel 11,5 persen,” katanya.

Terhadap keinginan Pemprov Sumsel mengambil alih sahamnya, Muddai Madang mempersilakannya. Ia mengatakan, siapa pun yang ingin mengambil alih atau membeli sahamnya di PT SOM, langsung datang membawa uang. "Saya terbuka dengan siapa pun yang berminat membeli saham Sriwijaya FC,” kata Muddai yang juga Wakil Ketua Komisi Olahraga Indonesia (KOI).

Menurut Muddai, untuk menghadapi kompetisi Liga 2 Indonesia 2019 yang diperkirakan mulai berputar Mei 2019, Sriwijaya FC membutuhkan dana sekitar Rp 20 miliar. Jumlah ini lebih rendah dibanding anggaran pada kompetisi Liga 1 Indonesia 2018 yang mencapai Rp 40 miliar.

“Dengan bermain di Liga 2 Indonesia, ada beberapa penghematan dari anggaran kompetisi. Sriwijaya FC berlaga Liga 2 tidak ada kewajiban harus membina tim Sriwijaya FC U-16 dan Sriwijaya FC U-19 yang musim lalu membutuhkan dana sampai Rp 7 miliar. Juga tidak ada pembayaran atau pembelian untuk pemain asing. Kompetisi juga dibagi per wilayah sehingga menghemat biaya perjalanan,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement