REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- GP Australia akan mengawali kalender balapan Formula 1 musim 2019 pada Maret mendatang dengan perubahan regulasi dan formasi tim. Berikut 10 alasan kenapa Formula 1 musim 2019 sayang untuk dilewatkan.
1. Leclerc akan bersaing dengan Vettel di Ferrari
Pembalap tim Sauber Charles Leclerc (twitter.com/F1) Charles Leclerc, yang menjadi pebalap rookie terbaik musim lalu, mengawali debut yang apik bersama Sauber hingga dilirik oleh Ferrari untuk berganti bangku dengan Kimi Raikkonen di musim 2019.
Pembalap asal Monaco itu telah mengenakan seragam tim berjuluk Kuda Jingkrak ketika menjalani tes pramusim di Abu Dhabi dan sempat mencatatkan waktu tercepat di antara pebalap lainnya.
Membalap untuk Ferrari adalah salah satu posisi paling diincar. Namun, sangat berat mengingat siapapun yang duduk di bangku mobil Ferrari akan mendapati tekanan yang besar karena bekerja dengan nama-nama besar, dalam kesempatan ini sang juara dunia empat kali Sebastian Vettel.
2. Pertaruhan Red Bull dengan Honda
Honda memiliki musim yang sulit sebagai pemasok mesin McLaren selama tiga tahun terakhir. Keputusan Red Bull untuk menggandeng Honda pada musim depan merupakan keputusan berani setelah mereka didera isu reliabilitas dan defisit tenaga kuda dengan mesin Renault yang mereka pakai.
Kendati demikian, Honda di tahun pertamanya bersama Toro Rosso menunjukkan peningkatan performa, terutama ketika membantu Pierre Gasly finis keempat di Bahrain di awal musim. Honda memiliki banyak ruang untuk perkembangan terlebih lagi ketika mesin mereka disematkan di salah satu mobil dengan sasis terbaik di musim 2018.
3. Intensitas pertarungan tim papan tengah
Pertarungan tim papan tengah diprediksi akan sangat kompetitif di musim 2019. Haas, Renault, Force India, McLaren, Toro Rosso dan Sauber, merupakan penantang utama di papan tengah musim lalu, dan tampaknya persaingan mereka tidak akan mereda musim 2019.
Renault dan Haas, yang finis keempat dan kelima, menikmati musim terbaiknya tahun lalu setelah bergabung di Formula 1 pada 2016. Kemudian ada Force India, yang berubah nama menjadi Racing Point setelah dibeli konsorsium yang dipimpin oleh Lawrence Stroll.
Dukungan finansial dari jutawan asal Kanada itu akan menjadi modal bagus untuk Racing Point, yang akan diperkuat oleh Lance Stroll dan Sergio Perez musim depan. Musim 2019 akan menjadi ujian bagi tim papan tengah untuk bisa mendobrak monopoli tiga tim, Mercedes, Ferrari, dan Red Bull, yang selalu berada di peringkat tiga besar sejak 2013.
4. Kembalinya Robert Kubica
Robert Kubica akan kembali membalap di Formula 1 bersama tim Williams tahun ini setelah absen delapan tahun karena cedera yang dia dapati ketika melakukan reli. Terakhir kali Kubica membalap bersama Renault pada 2010.
Selama musim 2018, komitmen dan kerja Kubica sudah membantu tim Williams di belakang layar dan dia telah menjadi salah satu anggota tim Williams yang dihormati.
Kubica, pembalap asal Polandia itu, juga melanjutkan program rehabilitasinya yang telah berlangsung selama beberapa tahun. Hingga akhirnya, dia mampu meyakinkan Williams bahwa dia adalah pembalap yang tepat untuk menjadi rekan pembalap rookie George Russell untuk memperkuat Williams tahun depan.
Lewis Hamilton menyebut lawan lamanya di karting itu sebagai salah satu pembalap bertalenta yang disegani ketika balapan.
5. Wajah lama dengan warna baru
Mercedes dan Haas merupakan dua tim yang mempertahankan formasi pembalapnya untuk musim 2019. Karena itu, tahun depan penonton akan disajikan sejumlah pembalap lama yang mengenakan seragam baru. Daniel Ricciardo akan mengenakan seragam kuning Renault, Carloz Sains dengan warna oranye McLaren dan Kimi Raikkonen dengan seragam putih Sauber.
Kemudian ada Pierre Gasly yang akan memakai seragam biru tua Red Bull, Daniil Kvyat di musim ketiganya dengan Toro Rosso, lalu Lance Stroll yang berusaha membuat ayahnya bangga di Racing Point. Tidak lupa, Charles Leclerc yang akan mengenakan seragam kebesaran Ferrari tahun depan.
6. Jajaran talenta muda
Musim depan ada empat pembalap rookie yang akan mewarnai persaingan perebutan gelar juara. Mereka, yakni pembalap George Russell (Williams), Lando Norris (McLaren) dan Alexander Albon (Toro Rosso). Ketiganya membalap di Formula 2 dan berurutan finis 1-2-3 di musim 2018.
Kemudian, ada Antonio Giovinazzi, runner-up GP2 2016 yang akan melakukan debut di F1 bersama Sauber, walaupun pernah menjadi pebalap pengganti di Australia dan China pada 2017.
7. Balapan ke-1000 dalam sejarah
GP China 2019 akan menjadi tonggak sejarah baru. Formula 1 akan menggelar balapan ke-1000 kalinya di sana. Seri balapan pertama adalah GP Inggris pada 1950 yang dimenangi oleh Giuseppe Farina.
Farina mengendarai mobil Alfa Romeo 158 yang kala itu hanya memiliki tenaga 200bhp. Sementara balapan ke-1000 nanti akan dimenangi oleh mobil bermesin hybrid yang memiliki tenaga hampir 1000 tenaga kuda.
8. Nama besar melakukan debut di Formula 2
Publik kemungkinan akan melihat kembali nama Schumacher di balapan Formula 1. Mick Schumacher, putra dari sang juara dunia tujuh kali Michael Schumacher, akan turun di balapan Formula 2 bersama tim Prema pada 2019.
Sebelum naik kasta, pada musim 2018, Schumi junior memenangi titel juara Formula 3 Eropa dengan catatan naik podium pertama delapan kali, termasuk di dalamnya lima kali berturut-turut. Perkembangan pembalap Jerman muda itu pantas untuk diikuti tahun ini.
9. Aturan baru untuk balapan yang lebih ketat
Musim 2019 memiliki aturan baru yang disiapkan juga untuk musim 2021. Salah satunya adalah perubahan di sayap depan yang lebih lebar dan lebih sederhana yang diharapkan bisa meningkatkan sekitar 20 persen kemampuan mobil untuk menguntit mobil lawan. Karena itu, pembalap akan lebih mudah melakukan overtaking.
Selain itu, sayap belakang akan lebih tinggi dan sederhana dengan bukaan DRS yang lebih besar, saluran udara untuk rem yang lebih sederhana, dan barge board (sayap samping di antara roda depan dan sidepod) yang memiliki aerodinamika yang lebih sederhana pula.
10. Pertarungan Ferrari dan Mercedes
Ferrari melewatkan peluang untuk menggeser Mercedes dari titel juara pada 2018, dimana tim asal Italia itu menunjukkan perlawanan yang cukup sengit di paruh awal musim. Kemenangan Sebastian Vettel di sirkuit seperti Silverstone dan Canada membuat tim Silver Arrow lebih keras memutar otak dan strategi.
Baru pada GP Italia dan seterusnya, Mercedes bangkit menyisakan Ferrari dengan hanya satu kemenangan di delapan balapan terakhir, itu pun lewat Kimi Raikkonen. Ferrari akan siap menantang kembali Mercedes tahun ini dengan ambisi Sebastian Vettel dan talenta muda Charles Leclerc.