Sabtu 12 Jan 2019 19:00 WIB

Dunia Tenis Kehilangan Andy Murray

Perjuangan Murray untuk mengoleksi grand slam tidaklah mudah.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Endro Yuwanto
Andy Murray mengangkat trofi juara Wimbledon.
Foto: REUTERS/Stefan Wermuth
Andy Murray mengangkat trofi juara Wimbledon.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Salah satu petenis putra terbaik Andy Murray tidak sanggup lagi menahan rasa sakit yang ia derita karena cedera pinggul. Petenis Inggris itu akhir pekan ini mengumumkan pensiun di usia 31 tahun.

Dengan penuh rasa duka karena akan meninggalkan dunia yang telah membesarkan namanya, Murray mengatakan, tahun 2019 ini akan menjadi tahun terakhirnya berkiprah sebagai petenis profesional.

"Rasa sakit saya terlalu menyiksa. Saya awalnya berharap bisa bermain di level tertinggi. Saya berjuang untuk sembuh. Tapi usaha saya tidak berhasil," kata Murray di Australia dikutip dari Express, Sabtu (12/1).

Murray awalnya masih ingin berpartisipasi di Australia Terbuka untuk membuka peluang menambah gelar grand slam. Dalam kariernya sejak 2005, Murray telah memenangkan tiga grand slam. Pertama adalah di ajang Amerika Terbuka 2012. Setahun kemudian Murray memenangkan grand slam keduanya di rumah sendiri di ajang Wimbeldon. Grand slam ketiga Murray kembali dimenangkan di Inggris di Wimbeldon 2016.

Perjuangan Murray untuk mengoleksi grand slam tidaklah mudah. Murray pernah enam kali gagal di final. Lima kali yakni di tahun 2002, 2011, 2013, 2015, dan 2016, Murray selalu kalah di Australia Terbuka. Murray sekali kalah di final Prancis Terbuka 2016.

Air mata Murray berlinang saat konferensi pers pengumuman pensiun pada Jumat (11/1) kemarin karena ia sangat ingin tampil dan bisa juara di Melbourne. Ini supaya dirinya bisa menembus kegagalan lima kali di final Australia Terbuka sebelumnya.

Kemudian, tahun ini Murray juga berharap bisa tampil lagi di ajang Wimbeldon di Inggris. Karena Murray ingin pensiun di turnamen akbar yang diadakan di negerinya sendiri. "Saya mengatakan kepada tim kalau saya masih ingin main di Wimbeldon. Tapi saya sudah tidak bisa," ujar dia.

Ranking Murray awal 2019 ini sangat anjlok karena selama 18 bulan absen dalam berbagai turnamen besar tenis dunia. Petenis kelahiran Glasgow, Skotlandia itu berada di peringkat 230. Murray pernah menjadi petenis peringkat satu dunia pada November 2016 lalu setelah berhasil merebut Grand Slam Wimbeldon 2016.

Selain tiga gelar grand slam, Murray juga mencatatkan sejarah indah buat negaranya, Britania Raya. Murray pernah memenangkan dua medali emas Olimpiade. Pertama adalah di Olimpiade London 2012 saat Murray memenangkan medali emas untuk nomor tunggal putra. Empat tahun kemudian, Murray memenangkan medali yang sama di Olimpiade Rio de Janeiro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement