Kamis 21 Feb 2019 13:49 WIB

Peserta Off-Road IOX 2019 'Rontok' di Sepanjang Trek Sumut

'Ladang pembantaian' pertama para off-roader ekstrem ini berada di trek Siosar.

Salah satu kendaraan peserta IOX Andalas 2019 terjebak di trek 'neraka'.
Foto: IOX
Salah satu kendaraan peserta IOX Andalas 2019 terjebak di trek 'neraka'.

REPUBLIKA.CO.ID, KOTANOPAN -- Para peserta off-road IOX Andalas 2019 mulai kesulitan mengikuti jadwal yang ditetapkan panitia. Dari 81 peserta yang memulai petualangan dari Medan, Sumatra Utara (Sumut) sejak 9 Februari lalu, kini tinggal 30an yang bisa tetap bersama rombongan sesuai jadwal.

"Mayoritas peserta gagal memasuki trek sesuai jadwal dan masih berjibaku untuk keluar dari trek-trek sebelumnya. Setelah 16 hari ini, emakin hari semakin sedikit jumlah peserta yang bisa mengikuti seluruh trek sesuai jadwal," kata Team Leader IOX yang membuat rute dan memimpin perjalanan ini, Syamsir Alam, Kamis (21/2).

'Ladang pembantaian' pertama para offroader super ekstrem ini berada di trek Siosar (Puncak 2000) yang berlokasi di Brastagi, Sumut. Pada hari keempat, para peserta langsung disajikan menu 'gila' menghadapi medan off-road yang dikatakan banyak peserta senior IOX 2019 sebagai trek terberat selama kegiatan ini dilaksanakan.

Usai dari Siosar seluruh peserta istirahat di Silalahi, pantai Danau Toba. Selain menikmati keindahan alam dan budaya Danau Toba, para peserta sekaligus punya kesempatan untuk memperbaiki kendaraan. Namun akibat kerusakan yang agak sulit diperbaiki, tercatat dua kendaraan peserta menyerah tidak bisa lanjut dan diangkut dengan trailer langsung menuju garis finis di Bukittinggi, Sumatra Barat menunggu peserta lainnya.

Dari Silalahi, seluruh peserta bergerak ke Parmonangan untuk off-road. Tercatat hanya 22 kendaraan 4x4 yang masuk trek. Sisanya masih tercecer di trek Siosar dan sebagian lagi rusak sehingga harus masuk bengkel untuk perbaikan. Trek ke Parmonangan ini memiliki tingkat risiko kecelakaan yang tinggi karena melalui banyak jurang. Sebagian peserta was-was tapi tertantang dalam melalui trek jurang tersebut.

 

photo
Para peserta berkumpul setiap harinya saat pagi buta sebelum memulai kembali petualangan.

"Bagi peserta yang tercecer di belakang dilarang memasuki trek tersebut untuk mengurangi risiko celaka," kata Syamsir. Sekitar 56 kendaraan mengambil jalan on-road (aspal) ke Sibolga via Tarutung. Sebagian peserta akhirnya menginap dan berkesempatan menikmati wisata di Tarutung yang sejuk. Khususnya wisata kuliner Kopi Karo yang sangat istimewa meski belum sepopuler seperti Kopi Gayo atau Sidikalang.

Sebagian peserta yang keluar dari trek Parmonangan kembali mengalami kerusakan berat. Bahkan ada peserta yang harus membeli suku cadang dari Medan dengan jarak 11 jam perjalanan darat. Disisi lain, sebagian peserta yang tercecer di trek sebelumnya sudah bisa bergabung menuju Sibolga.

Tercatat sekitar 56 kendaraan start dari Sibolga jalan on-road menuju pantai Tabuyung menyusuri jalan pasir di pantai sepanjang 10 Km. Seluruh peserta sangat menikmati trek pantai pasir yang sepi ini dengan memacu kecepatan tinggi.

Dari Tabuyung, peserta menuju Simpang Gambir melalui jalan on-road dan off-road melalui perkebunan sawit dan ladang. Tercatat hanya 29 kendaraan yang memasuki trek ini. Sisanya tercecer di belakang dan sebagian lagi diperbaiki karena rusak.

Begitu pula di trek Simpang Gambir ke Sapotinjak pada hari berikutnya, hanya 31 peserta yang memasuki trek. Kondisi trek banyak melalui sungai dan batu.

Di hari ke-11, dengan diiringi hujan deras, sekitar 40 kendaraan peserta kembali memasuki jalur off-road berat Sapotinjak ke Aek Mais. Para peserta harus melalui tanjakan tanpa winching point dengan jurang yang dalam sepanjang trek.

Dari perkiraan sore hari seluruh peserta bisa sampai di base camp di Kotanopan, ternyata hanya 20 kendaraan yang berhasil finis. Para peserta disambut Bupati Madina, Sumatra Utara Dahlan Harun Nasution. Sisanya sebanyak 20 kendaraan baru berhasil keluar satu persatu sejak malam hingga siang hari esoknya.

Seluruh peserta dijamu makan malam, hiburan musik dan durian lokal yang terkenal kelezatannya. Dalam kesempatan tersebut, Dahlan menceritakan kreatifitas membangun obyek wisata di Madina tanpa biaya APBD yang sukses menarik wisatawan lokal. Padahal, yang dibangun sangat sederhana antara lain membendung sungai untuk menjadi lokasi wisata dan mandi air. "Bahkan saat masih dibangunpun sudah banyak wisatawan lokal yang hadir," kata Dahlan.

Hari Rabu, para peserta menjalani trek on-road memasuki wilayah Sumatra Barat untuk kemudian membuka tenda di Kawasan Koto Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota. Selanjutnya, diperkirakan para pesert akan mencapai finis di Bukittinggi pada Ahad (24/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement