REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Peboling Indonesia berharap penghitungan skor boling dikembalikan ke yang lama. Dengan penghitungan lama, para peboling dituntut punya kemampuan dan konsistensi prima dalam menjatuhkan pin-pin di lintasan. Ini disampaikan peboling putri nasional Sharon Adelina Liman Santoso.
"Contohnya sekarang setiap strike (menjatuhkan seluruh pin dengan sekali lemparan) langsung dikasi nilai 30, sementara yang lama harus menunggu lemparan berikutnya untuk mengetahu nilainya," kata Sharon kepada Republika.co.id, di sela acara Sinar Mas Land Bowling Journalist Tournament 2019 di Spincity Bowling Arena, The Breeze BSD City, Tangerang Selatan, akhir pekan lalu.
Menurut Sharon, dengan penghitungan model lama, peboling dituntut untuk bisa melakukan strike secara berturut-turut agar penambahan nilainya bagus. Sementara dengan penghitungan sekarang, andai tidak berurutan pun strike langsung dihargai nilai tinggi.
"Jadi skill pemain agak kurang bernilai dengan penghitungan baru ini. Sebab ada tipe peboling yang dia strike, kemudian lemparan berikutnya tidak. Contohnya peboling Cina Taipei yang tipe lemparannya susah untuk mereka strike berturut-turut," ungkap Sharon.
Menurut dia, sistem penghitungan baru ini digunakan untuk memasyarakatkan boling agar mudah masuk ke Olimpiade. Tapi, menurut Sharon, para atlet boling justru tidak menyukai dan sempat ada petisi untuk mengembalikan ke penghitungan lama.
"Boling perlu skill yang jadi nggak kelihatan dengan penghitungan skor baru ini," kata dia.
Tentang kegagalan meraih emas di Asian Games 2018 lalu, ia menegaskan bukan karena penghitungan skor baru ini.
Sharon bersama Putty Insavilla Armein dan Tannya Roumimper terakhir sukses merebut medali perunggu nomor trio putri dalam Kejuaraan Dunia Boling 2017 di Las Vegas, AS. Sharon dan Tannya juga merebut emas pada SEA Games 2017 di Kuala Lumpur.
Sebagai bagian dari skuat timnas boling, Sharon dan Putty pun sangat berharap PB PBI segera memilih atlet dan sekaligus menggelar pelatnas untuk menghadapi SEA Games 2019 di Filipina, akhir tahun ini. Pasalnya, selain persaingan makin ketat, jumlah nomor yang dilombakan juga berkurang.
"Akan jauh lebih baik, PBI segera menggelar pelatnas menghadapi SEA Games 2019 di Filipina. Ini agar persiapan lebih maksimal. Apalagi, nomornya pertandingan juga berkurang. Dari biasanya 11 nomor menjadi 7 nomor," kata Putty, peboling kelahiran Palembang, 38 tahun lalu yang juga hadir pada acara Sinar Mas Land Bowling Jorunalis Torunament 2019.
Putty dan Sharon berbagi tips dan trik bagaimana cara bermain boling yang baik dan benar pada ajang turnamen sehari yang diikuti sekitar 160 jurnalis dari berbagai media di Tanah Air.
"Saya tentu menyambut positif gelaran yang melibatkan para jurnalis ini. Kegiatan ini tentu akan makin mempopulerkan dan mengembangkan olahraga boling di Tanah Air. Saya pun berharap profesi lain juga bisa menggelar kejuaraan-kejuaraan boling seperti ini," tutur Putty.
Secara bergantian, baik Putty maupun Sharon berbagi tips kepada para juru warta. Mulai dari cara pemanasan, teknik melempar, koordinasi gerakan tangan dan kaki, hingga masalah fokus dan konsentrasi.
"Ketika melempar, coba fokus ke mana bola akan diarahkan. Selain itu gerakan tangan dan kaki juga harus luwes dan tangan kiri harus lurus untuk menjaga keseimbangan badan," kata Sharon.
Menurut Putty, boling itu adalah olahraga untuk menantang diri sendiri. Olahraga ini lawannya bukan orang lain tetapi diri sendiri. Seluruh keberhasilan dan kegagalan, semuanya ditentukan oleh diri sang atlet.