Jumat 12 Jul 2019 21:47 WIB

Pelari Indonesia Belum Menjadi Prioritas Sponsor

Olahraga lari di Indonesia menunjukkan tren positif.

Sejumlah pelari melintasi bangunan Museum Cagar Budaya Lawang Sewu saat mengikuti lomba lari Semarang 10K.
Foto: Antara/Aji Styawan
Sejumlah pelari melintasi bangunan Museum Cagar Budaya Lawang Sewu saat mengikuti lomba lari Semarang 10K.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Business Athletica Talent by Runhood Grup Putra Yuhardiyanto menyatakan, para pelari Indonesia belum menjadi skala prioritas bagi kalangan sponsor industri olahraga. Ini menyusul minimnya informasi di tengah perkembangan even nasional yang bergulir masif dalam lima tahun terakhir.

"Pendapat saya, atlet lari (pelari) di Indonesia masih menjadi prioritas kedua, karena atlet masih merasa sulit mengungkapkan cara bercerita perjuangan mereka," kata Putra Yuhardiyanto saat berkunjung ke ruang redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara di Jakarta, Jumat (12/7) siang.

Putra menyebut even olahraga lari di Indonesia menunjukkan tren positif. Pada tahun 2018, tercatat 781 even lari digelar di berbagai daerah. Angka tersebut meningkat dari 2014 yang hanya sekitar 300-an even.

Namun, ekosistem olahraga lari yang kian membaik, kata Putra, belum terpublikasi secara optimal kepada masyarakat melalui peran perusahaan media karena kendala kemampuan komunikasi di kalangan atlet. Situasi itu mendorong para sponsor mengambil cara alternatif menggaet kalangan artis yang identik dengan dunia olahraga, ketimbang atlet yang sesungguhnya.

"Perusahaan butuh figur untuk model, tapi karena atlet prioritas kedua, perusahaan cari alternatif lain dengan menggandeng artis yang memiliki aktivitas seperti atlet. Brand olahraga lebih tertarik gandeng artis daripada atlet aslinya," katanya.

Runhood Grup sebagai perusahaan media yang menggarap bisnis informasi olahraga lari, mulai mengembangkan sayap bisnisnya melalui Athletica Talent untuk mengembangkan talenta para pelari di luar profesi utama mereka.

Sejak bergulir pada Januari 2019, Athletica Talent, fokus pada upaya pengembangan sikap atlet untuk tampil lebih profesional di tengah publik demi mendekatkan mereka dengan sponsor.

"Kami edukasi atlet tentang personal development. Yang utama adalah prestasi, lalu cara ngomong di depan umum, bisa bercerita kepada orang-orang tentang bagaimana cara mereka berpakaian maupun perjuangan meraih juara. Kami juga membentuk jiwa entrepreneurship mereka," katanya.

Atlet tenis Indonesia, Christoper Rungkat, adalah salah satu klien dari Athletica Talent yang berhasil dipublikasikan prestasinya selama 30 pekan. Ia mengarungi ajang grand slam Wimbledon 2019.

"Kami jadi sumber pertama yang memberitakan kalau Christoper Rungkat lolos di French Open, lolos di Wimbledon. Kami buat pres rilisnya, bikin social campaign, hingga konten khusus Cristopher," katanya.

Petenis berdarah Belanda-Indonesia itu kini digaet sebagai duta sejumlah produk ternama seperti Adidas, Pocari Swaet, BRI, Iwan Tirta Batik dan Time International.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement