REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 mengimbau warga di kota tersebut untuk tidak berangkat ke tempat kerja, atau bekerja dari rumah selama berlangsungnya pesta olahraga Olimpiade. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi kemacetan luar biasa di jalanan.
Ratusan ribu orang diperkirakan akan menghadiri Olimpiade dan Paralimpiade di Tokyo tahun 2020. Kehadiran orang-orang ini bakal menambah kepadatan lalu lintas di kota yang sehari-harinya juga sudah sangat padat dengan lalu lintas komuter.
"Kami perkirakan akan ada 920 ribu lebih penonton dan staf Olimpiade dalam satu hari," kata Kasumi Yamasaki, yang bertanggung jawab di bidang transprotasi di Tokyo selama pergelaran Olimpide 2020, seperti dikutip AFP, Senin (22/7).
Para ahli memperkirakan saat Olimpiade nanti akan ada peningkatan jumlah penumpang kereta komuter 10 persen, penggunaan jalan tol naik 20 persen. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kemacetan atau penundaan keberangkatan.
Operator kereta merencanakan menambah armada. "Akan tetapi, transportasi kereta di Tokyo sendiri memang sudah terlalu padat sehari-harinya terutama di jam sibuk pukul 07.00 hingga 09.00 pagi," kata Yamasaki.
Pada 22 Juli lalu, satu tahun sebelum digelarnya Olimpaide, kota Tokyo memperkenalkan program "Telework Days" selama sebulan. Telework, yakni meminimalkan kegiatan bepergian ke kantor dan memaksimalkan bekerja dari rumah dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi.
Perkantoran pemerintah dan sektor swasta termasuk perusahaan raksasa Toyota dan Sumitomo, juga berkomitman untuk mendukung upaya mengurangi kepadatan lalu lintas di jam-jam sibuk itu. Namun, program tersebut memang kurang populer di Jepang yang warganya dikenal giat bekerja, sementara perusahaan di Jepang umumnya sangat menekankan kehadiran karyawannya.