Jumat 11 Oct 2019 00:02 WIB

Setelah 40 Tahun, Wanita Iran Boleh Tonton Laga di Stadion

Sekitar 3.500 perempuan Iran hadir di tribun khusus wanita mendukung timnas Iran.

Para perempuan Iran hadir di Stadion Azadi, Teheran, untuk menyaksikan pertandingan tim nasional Iran vs Kamboja, Kamis (10/10).
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Para perempuan Iran hadir di Stadion Azadi, Teheran, untuk menyaksikan pertandingan tim nasional Iran vs Kamboja, Kamis (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sejarah tercipta di Stadion Azadi, Teheran, Iran, Kamis (10/10) malam. Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, perempuan Iran diperkenankan menyaksikan tim nasional negara mereka bertanding di stadion.

Sekitar 3.500 perempuan Iran hadir di tribun khusus wanita mendukung timnas Iran menghadapi Kamboja pada laga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2022. Para perempuan ini mendapatkan bonus besar karena Iran akhirnya memenangkan laga dengan skor 14-0.

Ribuan wanita pendukung timnas Iran di Stadion Azadi menjadi sorotan dalam laga ini. Mereka melambaikan bendera, meniup vuvuzela plastik, dan mengenakan pernak-pernik berwarna merah, hijau, dan putih sebagai representasi warna timnas Iran.

Perempuan telah dilarang menonton pertandingan sepak bola pria di Iran tak lama setelah revolusi 1979. Hanya beberapa pengecualian dibuat untuk kelompok-kelompok kecil pada kesempatan langka.

Namun di bawah tekanan dari FIFA dan juru kampanye hak perempuan, pihak berwenang Iran mengalokasikan tiket bagi wanita untuk menonton pertandingan Kamis. FIFA telah mengirim delegasi ke Teheran untuk memastikan bahwa perempuan diizinkan menghadiri pertandingan setelah kematian Sahar Khodayari bulan lalu. Khodayari yang membakar dirinya untuk memprotes penangkapannya karena mencoba masuk ke stadion menyaksikan pertandingan dengan menyamar sebagai pria. Ia merupakan pendukung tim Esteghlal. Aksi bakar diri Khodayari yang berujung kematian memantik reaksi FIFA sehingga pihak berwenang Iran mengalah.

Rekaman video pada pertandingan ini yang diunggah di Twitter, menunjukkan beberapa pendukung meneriakkan “Blue Girl, Blue Girl” merujuk pada Khodayari. Video lainnya menyanyikan ucapan terima kasih kepada FIFA.

“Kami memiliki perasaan yang luar biasa sebagai perempuan Iran pertama yang memasuki stadion,” kata seorang penggemar, yang diwawancarai oleh televisi lokal.

“Insya Allah mulai sekarang semua teman-teman kami juga akan bisa datang. Karena kami memiliki batasan ini sangat menarik bagi kami kalau tidak itu bukan sesuatu yang istimewa,” katanya.

Wawancara video lain, yang didistribusikan di media sosial, menunjukkan seorang penggemar wanita di dalam stadion, di ambang air mata dengan bendera Iran di atas bahunya dan lukisan warna merah, hijau, dan putih di wajahnya.

“Itu benar-benar keinginan yang sangat besar. Sungguh, terima kasih sudah mengizinkan kami datang. Aku gemetar. Terima kasih,” katanya.

Menjual tiket untuk perempuan dikritik oleh beberapa juru kampanye yang lebih memilih perempuan dapat menghadiri pertandingan dengan anggota keluarga laki-laki mereka. Para juru kampanye juga ingin melihat perempuan diberikan akses ke semua pertandingan, bukan hanya kualifikasi Piala Dunia yang berada di bawah tanggung jawab langsung FIFA. Wanita Iran saat ini tidak dapat menghadiri pertandingan pria di liga domestik mereka.

Juru bicara pemerintah Ali Rabiei memandang kehadiran perempuan di stadion sebagai langkah positif, menurut kantor berita resmi IRNA.

“Infrastruktur stadion Azadi siap untuk kehadiran perempuan. Tapi infrastruktur budaya dan mental harus siap,” kata dia.

Presiden FIFA Gianni Infantino telah mendesak pihak berwenang Iran untuk membuka stadion bagi perempuan untuk semua pertandingan, bukan hanya kualifikasi Piala Dunia.

“Sikap FIFA tentang akses perempuan ke stadion di Iran telah tegas dan jelas: perempuan harus diizinkan masuk ke stadion sepak bola di Iran. Untuk semua pertandingan sepak bola,” kata FIFA dalam sebuah pernyataan.

 

sumber : REUTERS
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement