Kamis 27 Feb 2020 08:07 WIB

Olimpiade Tokyo Terancam Batal Akibat Virus Corona

Pembatalan olimpiade pernah terjadi pada 1940 karena Perang Dunia II.

Peta Museum Ghibli, Tokyo, Jepang. Museum ini ditutup hingga 17 Maret sebagai dampak penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19.
Foto: Museum Ghibli
Peta Museum Ghibli, Tokyo, Jepang. Museum ini ditutup hingga 17 Maret sebagai dampak penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) membuka kemungkinan membatalkan gelaran Olimpiade Tokyo 2020 menyusul merebaknya penyakit virus corona jenis baru (Covid-19). IOC akan terus mengikuti perkembangan informasi terkait virus corona sebelum mengambil keputusan.

Sejumlah perhelatan olahraga Jepang yang seharusnya dilaksanakan dalam waktu dekat juga dibatalkan karena wabah virus corona. Salah satunya ajang sepak bola J-League yang ditunda hingga 15 Maret 2020. Tim nasional sepak bola U-23 dari Afrika Selatan juga menarik diri dari pertandingan persahabatan di Kyoto yang seharusnya berlangsung pada 22 Februari lalu.

Baca Juga

Selain olahraga profesional, banyak kompetisi lokal, pertandingan antarsekolah, dan turnamen seni bela diri yang ditunda atau dihentikan. Tokyo Marathon yang akan digelar pada pekan ini dilaporkan hanya menampilkan beberapa ratus atlet elite. Sementara, sekitar 38 ribu peserta telah membatalkan partisipasi.

Selama sejarah Olimpiade, pembatalan acara pernah dilakukan hanya satu kali, yaitu pada 1940 karena perang Jepang dan Cina serta Perang Dunia II. Sebelumnya, Olimpiade di Rio De Janeiro, Brasil, pada 2016 sempat dibayangi ketakutan karena mewabahnya virus zika. Namun, perhelatan tetap dilangsungkan dan tak ada laporan kasus infeksi dari seluruh atlet yang ikut serta.

Anggota senior IOC, Dick Pound, mengatakan, Olimpiade Tokyo bisa saja dibatalkan jika dinilai terlalu berisiko untuk tetap dihelat di tengah mewabahnya virus korona. IOC bakal menunggu perkembangan terkini dalam satu atau dua bulan mendatang. Artinya, keputusan terkait kelanjutan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 baru akan diambil IOC pada Mei mendatang.

Selama periode tersebut, kita harus bertanya-tanya apakah kita cukup yakin untuk pergi ke Tokyo atau tidak? Banyak hal mulai terjadi hingga saat ini," kata Pound kepada Associated Press, Rabu (26/2).

Pound mengatakan, apabila Olimpiade Tokyo 2020 terancam mundur dari jadwal yang telah ditetapkan, IOC bakal lebih memilih langkah untuk membatalkan daripada menunda atau memindahkan lokasi penyelenggaraan. "Anda mungkin akan lebih mempertimbangan pembatalan,'' kata Pound, yang merupakan mantan atlet renang asal Kanada dan telah menjadi anggota senior IOC sejak 1978.

Dalam dua bulan terakhir, penyebaran virus korona kian mengkhawatirkan. Wabah virus yang dimulai di Wuhan, Cina, tercatat telah menginfeksi 80 ribu orang dan telah menyebabkan 2.700 orang meninggal dunia. Virus itu pun telah menyebar ke sejumlah negara. Sejumlah negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa terus melaporkan adanya kasus positif virus korona di negaranya. Bahkan, di Jepang, empat orang dilaporkan telah meninggal dunia karena virus korona.

Rencananya, Olimpiade Tokyo 2020 akan dibuka pada 24 Juli dan berakhir pada 9 Agustus mendatang. Sekitar 11 ribu atlet dari 206 negara diperkirakan ambil bagian dalam pesta olahraga terbesar sejagat tersebut. Kendati perhelatan Olimpiade berada di bawah bayang-bayang virus korona, Pound meminta para atlet terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik di ajang Olimpiade Tokyo 2020.

"Sejauh ini, yang kami tahu adalah kami akan tetap ke Tokyo. Belum ada indikasi yang membuat kami harus mengambil langkah-langkah berbeda. Jadi, untuk para atlet, tetaplah berlatih, persiapkan diri kalian, dan yakinlah IOC tidak akan mengirimkan Anda ke situasi pandemi,'' tutur Pound.

Pound menambahkan, IOC terus berkonsultasi dan menunggu rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait kondisi penyebaran virus korona. Rekomendasi WHO itu akan sangat menentukan nasib perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.

Meski opsi penundaan terbuka, Pound menilai hal tersebut akan sangat sulit dilakukan. Sebab, Jepang sudah sejak lama melakukan persiapan. Selain itu, penundaan dikhawatirkan mengganggu jadwal kompetisi tahunan sejumlah cabang olahraga. ''Anda tidak bisa begitu saja menunda sesuatu dengan skala sebesar olimpiade."

photo
Petugas berpakaian pelindung lengkap membawa pasien yang terinfeksi virus corona dari ambulan ke Kyungpook National University Hospital di Daegu, Korea Selatan. Di Daegu, tercatat puluhan kasus terdeteksi, merujuk pada jemaat gereja.

Juru Bicara Pemerintah Jepang Yoshihide Suga menyatakan, perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 masih sesuai rencana. Ia memastikan hal tersebut setelah melakukan konfirmasi langsung kepada para petinggi IOC terkait pernyataan yang disampaikan Richard Pound. "IOC menyatakan bahwa pernyataan itu bukan sikap resmi IOC. IOC bahkan sedang melanjutkan persiapan seperti yang dijadwalkan," kata Suga.

Sebelumnya, tiga kasus terbaru Covid-19 dikonfirmasi di Jepang pada Selasa (25/2). Kasus ini melibatkan orang-orang yang melakukan latihan kebugaran di Chiba. Kota ini menjadi tuan rumah Olimpiade untuk cabang olahraga taekwondo, gulat, selancar, serta empat acara paralimpiade.

Sikap KOI

Ketua Umum National Olympic Comitee (NOC) atau Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mendukung Olimpiade Tokyo tetap digelar tepat waktu meski saat ini wabah virus korona semakin meluas. Menurut dia, Jepang sudah cukup siap menjadi tuan rumah.

"Jepang sudah lama mempersiapkan Olimpiade, bahkan sempat kalah dalam bidding sebelumnya. Kita sepenuhnya memberikan dukungan kepada Jepang agar dapat tetap melaksanakan Olimpiade di Tokyo bulan Juli ini,\" kata Okto saat dihubungi Republika, Rabu (26/2).

Ia beralasan, Olimpiade yang digelar pada musim panas akan mencegah virus tersebut bertahan lama. "Pertandingan Olimpiade akan digelar di suhu sekitar 37 derajat Celsius."

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga RI Gatot S Dewa Broto mengatakan, Kemenpora menunggu sikap resmi dari KOI terkait Olimpiade Tokyo 2020 yang terancam batal karena wabah virus korona. "Saya belum dapat informasi dari KOI,\" kata Gatot, kemarin.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Indonesia (PB PABBSI) Alamsyah Wijaya memastikan pemusatan latihan nasional (pelatnas) atlet angkat besi tetap berjalan sesuai rencana. "Persiapan terus kita lakukan. Kita tunggu saja perkembangannya (dampak korona terhadap olimpiade). Banyak yang bisa terjadi dalam tiga bulan ke depan," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (26/2).

PB PABBSI hingga kini sudah meloloskan dua lifternya ke pesta olahraga terbesar di dunia itu, yakni Eko Yuli Irawan (61 kg) dan Windy Cantika Aisah (49 kg). Eko Yuli Irawan telah dipastikan lolos kualifikasi Olimpiade 2020 seusai meraih tiga medali emas pada Kejuaraan Internasional Fajr Cup di Rasht, Iran, 3 Februari lalu.

Sementara, Windy baru saja memastikan tiket tersebut setelah sukses meraih tiga medali emas di Kejuaraan Angkat Besi Remaja dan Junior 2020 di Tashkent, Uzbekistan, 13-16 Februari.

Lifter lain yang berpeluang besar menyusul Eko dan Windy adalah Deni yang kini menduduki peringkat ke-13 dunia. Ia dinilai bisa mendongkrak poin dan merangsek hingga tembus delapan besar dunia karena lifter-lifter di atasnya ada yang berasal dari negara yang sama. Selain Deni (67 kg), ada juga Triyatno (73 kg), Rahmat Erwin Abdullah (73 kg), Nurul Akmal (+87 kg) yang masih berjuang mengumpulkan poin demi Olimpiade. ed: n reja irfa widodo/puti almas/muhammad ikhwanuddin, ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement