Kamis 06 Aug 2020 20:40 WIB

Rivalitas Sengit Leeds, MU, dan Chelsea

Marcelo Bielsa membawa Leeds naik takhta ke kompetisi Liga Primer Inggris.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Agung Sasongko
Pemain Leeds United merayakan kemenangan pada pertandingan sepak bola antara Derby County v Leeds United di Pride Park, Derby, Inggris, Ahad (19/7/2020).
Foto: Action Images/Carl Recine
Pemain Leeds United merayakan kemenangan pada pertandingan sepak bola antara Derby County v Leeds United di Pride Park, Derby, Inggris, Ahad (19/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LEEDS -- Proses Leeds United untuk kembali menjadi salah satu kesebelasan papan atas Liga Primer Inggris sepertinya tinggal menunggu waktu. Pasalnya, klub berjuluk the Peacocks sudah memastikan promosi ke kompetisi elit Negeri Ratu Elizabeth.

Dengan keberhasilan Marcelo Bielsa membawa Leeds naik takhta ke kompetisi Liga Primer Inggris untuk 2020/2021. Banyak publik pecinta sepak bola, dan pundit terkemuka asal Inggris menilai perjalanan kampanye Liga Primer musim depan akan berlangsung sengit.

Baca Juga

Mantan pemain Leeds, Lucas Radebe pun angkat bicara dengan menyebut kehadiran the Whites bakal menghadirkan kembali tensi panas dengan rival abadi Manchester United (MU), dan Chelsea.

"Saya ingat ketika kami melawan Chelsea, Jimmy Floyd Hasselbaink mendatang saya dan berkata, 'Chief tolong jangan tendang saya,'. Sejujurnya sepanjang 90 menit pertandingan saya terus melayangkan tekel keras kepadanya," kenang Lucas Radebe dilansir ESPN, Kamis (6/8).

Seperti diketahui, baik MU atau pun Chelsea kedua tim tersebut memiliki sejarah rivalitas yang cukup panjang dengan Leeds. Bahkan pertarungan keduanya, khususnya Leeds versus MU mendapatkan julukan 'Roses Derby', lantaran faktor geografis masing-masing klub dan kisah peperangan dekade Dinasti Tudors.

Sebaliknya, ketegangan klub asal Yorkshire dengan Chelsea mengarah pada musim 1969, kedua tim kerap menyuguhkan pertandingan panas lantaran kedua klub tersebut menjadi kekuatan besar sepak bola Inggris, dengan Leeds yang kala itu berada di bawah besutan pelatih bertangan dingin Don Revie.

Bibit perselisihan Leeds dengan MU, dan Chelsea kembali muncul pada dekade 90-an. Itu disebabkan oleh sikap 'judas' beberapa pemain yang memilih membelot ke tim rival. Radebe pun menguraikan lebih dalam bagaimana emosionalnya para pendukung Leeds melihat Eric Cantona, dan Hasselbaink memilih berkostum MU, pun Chelsea.

"Itu lebih dalam dari apa yang Anda pikirkan. Lagu-lagu yang dinyanyikan para fan untuk para pemain dan tifosi MU sangat memalukan. Tak hanya itu, ada agresi dan ketegangan sengit di antara kami. Begitu Anda sampai di tanah (Elland Road) Yorkshire, Anda bisa merasakan ini seperti neraka," sambung pria asal Afrika Selatan tentang rivalitas mantan timnya dengan MU dan Chelsea.

Ingatan Radebe tentang pertempurannya datang tanpa sedikit pun rasa kebencian. Selain itu, ia mengaku tidak ada alasan untuk menyimpan dendam. Hanya saja, saat ini pria berusia 51 tahun mengaku sangat bahagia bisa kembali menyaksikan the Peacocks bersaing di Liga Primer.

"Saya selalu memiliki keyakinan bahwa Leeds merupakan tim besar sehingga akan kembali ke Liga Primer. Itu hanya masalah waktu hingga pelatih seperti Marcelo Bielsa berada di pinggir lapangan untuk membawa tim ini kembali merasakan atmosfer kompetisi terbaik dunia."

Tak hanya Radebe, kini suporter Leeds bakal melepas kerinduan terhadap pertarungan fantastisnya dengan Manchester United di Liga Inggris. Sederet penggemar tentu menantikan kembali laga Roses Derby pada musim depan.

Namun, sebagian lainnya ingin menyaksikan lebih detail pertandingan menghibur dari sentuhan midas Bielsa saat berjumpa pelatih terbaik Josep Guardiola, Juergen Klopp, pun Carlo Ancelotti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement