REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Manajemen Arema FC mengungkapkan keprihatinannya atas penundaan Liga 1 Indonesia. Upaya menggerakkan ekonomi melalui sepak bola dengan tetap menerapkan protokol kesehatan kembali terhambat.
Media Officer (MO) Arema FC, Sudarmaji menilai, banyak pihak yang bergantung dari bergulirnya sepak bola di Indonesia. Tidak hanya bagi pengelola, tapi juga keluarga pemain dan pelatih tim. "Bahkan, para karyawan yang bekerja di klub," kata Sudarmaji kepada wartawan, Selasa (29/9).
Sudarmaji menyadari Covid-19 masih mengancam kehidupan masyarakat. Namun hal tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Oleh sebab itu, Arema FC sebelumnya sangat menyambut baik rencana pelaksanaan Liga 1 Indonesia.
Dari aspek klub, Arema FC mencoba mengambil hikmah dari penundaan Liga 1. Salah satunya mengenai kedatangan para pemain asing dan pelatih baru, beberapa waktu lalu. Penundaan ini menjadi waktu tepat untuk penggawa baru beradaptasi dengan Arema FC.
Menurut Sudarmaji, terdapat satu hal yang menjadi kerugian besar atas penundaan Liga 1. Ialah harapan publik menjadikan sepak bola sebagai hiburan di tengah pandemi Covid-19. Sayangnya, mimpi dan harapan masyarakat gagal terealisasikan karena permasalahan izin. "Publik harus kembali diyakinkan agar sepak bola kita mampu berproses untuk bisa berprestasi kembali lewat berkompetisi," jelasnya.
Sudarmaji berharap kendala dalam pelaksanaan Liga 1 dapat diselesaikan. Para stakeholder dan kepolisian harus segera membangun pola komunikasi yang sesuai. Setidaknya bisa muncul solusi dan jalan tengah atas penundaan Liga 1. "Selanjutnya, kami akan berdiskusi dengan tim pelatih dan pemain terkait program selanjutnya, termasuk menunggu arahan PSSI dan LIB (Liga Indonesia Baru)," jelasnya.
Sebelumnya, Mabes Polri tidak memberikan izin pelaksanaan Liga 1. Kegiatan yang sebelumnya dijadwalkan pada 1 Oktober ini terpaksa ditunda. Keputusan ini pun telah diterima oleh jajaran pimpinan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).