REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, Jepang musim panas ini terancam serangan siber dari Badan Intelijen Rusia. Hal tersebut ditudingkan oleh Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris. Serangan itu dilakukan guna mengganggu pesta olahraga terbesar sedunia tersebut.
Masih menurut Inggris, Rusia dilaporkan telah banyak melakukan serangan dunia maya kepada lembaga negara lawan politik pemerintah, termasuk tentang penyelenggaraan Olimpiade. Serangan juga diarahkan kepada lembaga yang melakukan penyelidikan tentang doping olahraga Rusia. Panitia penyelenggara Olimpiade 2020 mengatakan, tak ada dampak signifikan dari kemungkinan serangan tersebut.
"Tokyo 2020 melihat keamanan dunia maya sebagai aspek penting dalam menyelenggarakan Olimpiade, dan panitia penyelenggara Tokyo 2020 telah mengambil berbagai tindakan dan membuat persiapan menyeluruh," demikian pernyataan penyelenggaran kepada Guardian, Selasa (20/10).
Mereka mengrklaim, meski tak dapat mengungkapkan detail tindakan pencegahan yang akan dilakukan, namun akan terus bekerjasama dengan organisasi dan otoritas terkait untuk memastikan keamanan penyelenggaraan.
Kepala juru bicara pemerintah Jepang, Katsunobu Kato mengatakan Jepang akan melakukan segala cara agar olimpiade bebas dari serangan siber. Jepang akan terus mengumpulkan informasi untuk bekerjasama dengan berbagai negara.
Kantor berita Kyodo menyebutkan pejabat senior di pemerintah Jepang mengindikasikan akan mengajukan protes ke Rusia jika serangan dilakukan. Laporan Inggris bisa menjadi pedoman Jepang mengambil langkah.
Inggris menuding kegiatan tersebut termasuk tindakan ilegal atau sebuah pesan yang seolah dilakukan oleh orang terpercaya padahal itu adalah malware. Sekretaris Luar Negeri Inggris, Domonic Rabb mengutuk tindakan tersebut.
“Tindakan GRU terhadap Olimpiade dan Paralimpiade itu sinis dan sembrono. Kami mengutuk mereka sekuat mungkin. Inggris akan terus bekerja dengan sekutu kami untuk menyerukan dan melawan serangan cyber berbahaya di masa depan,” katanya.
Informasi mengenai serangan tersebut diketahui setelah enam perwira intelijen militer Rusia didakwa melakukan serangan dunia maya di jaringan listrik Ukraina, yang bertanggung jawab menyediakan daya untuk sejumlah pesta olahraga.