REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cristiano Ronaldo mengungkapkan kecintaannya pada olahraga tarung di atas ring. Bintang Juventus itu terkenal dengan fisiknya yang prima dan itu dibentuk di antaranya oleh aktivitas tinju. Mantan superstar Real Madrid itu menjadi fokus film dokumenter dari DAZN berjudul Parallel Worlds, di mana ia mengobrol dengan petinju Gennady Golovkin.
"Bermain sepak bola adalah gairah saya, tapi saya lebih suka menonton olahraga lain di TV. Antara menonton pertandingan sepak bola atau pertarungan tinju atau UFC, saya memilih tinju atau UFC," kata Ronaldo dalam film dokumenter itu, dikutip dari Marca, Selasa (15/12).
"Atlet terbaik adalah mereka yang mengantisipasi apa yang akan terjadi, itu seperti di atas ring. Namun itu juga alasan mengapa, dalam pertandingan, mereka jelas mengejar Cristiano, untuk mengeluarkannya dari permainan," kata Golovkin membalas.
Rasa hormat Ronaldo pada olahraga pertarungan, khususnya tinju, tampaknya dimulai saat membela Manchester United di Old Trafford.
Ronaldo mengatakan, seorang pelatih bertinju dengannya saat tinggal di Manchester.
"Saya pikir berlatih tinju berguna untuk sepak bola karena mempertajam indra Anda dan Anda belajar bergerak," jelasnya.
Sebagai bagian dari film dokumenter, Ronaldo melihat kembali perkembangannya dan bagaimana dia menjadi pesepak bola profesional. Ronaldo lahir di Pulau Madeira dan ketika ia berusia 11 tahun, Sporting CP berbicara dengan orang tuanya untuk merekrutnya.
Syaratnya Ronaldo harus pergi untuk tinggal di Lisbon. "Meninggalkan keluarga saya adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan dalam hidup saya. Saat-saat terberat saya adalah ketika saya pindah ke Lisbon dan ketika saya kehilangan ayah saya," kata dia.
Menurut Ronaldo, baik untuk memiliki emosi. Ia menegaskan tidak menyembunyikan siapa dirinya. Termasuk menangis dalam kondisi sedih.
"Orang mengatakan pria tidak menangis, tapi, siapa bilang pria tidak menangis? Kita semua memiliki perasaan dan emosi dan kita harus mengekspresikannya," tutur Ronaldo.
Pada usia 35 tahun, Ronaldo berusaha keras untuk menjaga dirinya dalam kondisi prima menuju tahap akhir kariernya. Ia bercerita tentang perbincangannya dengan petinju Anthony Joshua.
"Pada usia 33 tahun Anda mulai berpikir tentang kerja kaki Anda. Saya ingin tetap dalam olahraga ini, dalam sepak bola. Orang-orang akan melihat saya dan berkata, 'Cristiano pemain luar biasa tetapi sekarang dia lambat'. Saya tidak menginginkan itu," katanya.
Menurutnya, fisik boleh berubah tetapi masalahnya bukan di situ. Semua tergantung pada pola pikir, motivasi dan pengalaman, yang menurutnya adalah hal yang paling kompleks.
Dalam olahraga, kata Ronaldo, atlet bisa menjadi dewasa tapi tak kehilangan kekuatannya. Ia memberi contoh Roger Federer di tenis yang dalam usia 38 tahun masih berada di puncak. Menurut dia, ada beberapa sosok lain di tinju.
"Saya berkorban untuk menjadi yang terbaik di dunia, tapi yang terpenting bagi saya adalah menjadi orang yang baik," ujar dia.